Skip to Content

Rupiah Lusuh

Foto yunitasaragi

 

Rupiah Lusuh

Tangan hitam legam berpeluh, mengenggam erat buntalan lembaran rupiah lusuh.

Kebenaran umum, itu adalah ribuan ditumpuk lima puluh, kompensasi terjerang di terik mentari tanpa jenuh…..

 

Gumpalan energi lampaui batas fikir cendikiawan, sekedar karbohidrat dari sepotong umbi menjalari sekujur tubuh tak terlawan..

Semangat hati membara, membakar glukosa lalu bertransformasi menjadi sebuah kekuatan asa……

 

Mata tegas menatap bangunan putih tingkat lima,

Ke pembatas kaca bening berlubang kecil di bagian bawah ia singgah,

Menyerahkan pasrah rupiah yang juga tampak lelah beredar di bumi persada raya…

 

Senyum mengembang bangga…

“Ini…Saya bayar biaya perobatan anak saya.”

Wanita yang menerima, memandang hina, menerima dengan enggan lembaran lusuh itu,

Mungkin takut terjangkit virus mematikan.

Dihitung satu persatu…

“Pak…maaf…kurang….sekitar lima juta bla…bla…bla…”

 

 

 

Lelaki tak kuasa mendengar angka- angka berderet- deret itu, harus apaa…harus apa lagi yang dilakukannya guna menebus. Menebus anak kesayangannya yang menjadi “tahanan”.

 

Rupiah- rupiah lusuh pun menangis…tragis….

Karena sebelumnya, tepatnya berhari- hari sebelumnya….

Telah disaksikannya perjuangan sang “Bapak” mengais- ngais sampah, menemukan barang bekas, menukarkannya dengan beberapa ribuan lainnya, lantas menghitung lembar- lembar dirinya dengan lembut serta menambahkannya lembar demi lembar, hari demi hari.

Sang “Bapak” berlalu sendu, melewati layar plasma di dinding ruang tunggu rumah sakit….berita ditayangkan….sulit dibayangkan para pengurus negeri sibuk sendiri dengan…”ko…ko….koala mmmm koalisi…rapel…rap…reshuffle atau apalah…”

“Si Bapak” sulit mengejanya apalagi mengerti…dia berlalu…

Sakit di dada bertumpuk sesak….

 

 

Medan, 10 Maret 2011

Yunita Ramadayanti Saragi

Komentar

Tulis komentar baru

Materi isian ini bersifat rahasia dan tidak ditampilkan ke publik.


Terpopuler Hari Ini

Sebulan Terakhir

Terpopuler