Skip to Content

+++ Sebuah Pelajaran +++

Foto ainin najib

Siang hari menjelang sholat dzuhur, aku sudah berjalan menuju sekolahanku. Melewati banyak waktu yang membentang dalam perjalanan ku kali ini. Mungkin dalam waktu kurang lebih 15 menit untuk sampai di sekolah. Sesampainya di sekolah, sudah banyak teman yang datang, memang sekolahanku masuknya siang, sekitar jam 13.30 lah. Tapi semua siswa di sekolahanku selalu berangkat lebih awal untuk sholat dzuhur berjamaah di masjid sekolahanku. Dalam sholat yang penuh dengan ketenangan, bagai benar-benar mencapai titik hakikat inti. Salam terucap dalam bibir yang penuh akan dzikir, tasbih, tahmid, tahlil, istighfar, dan itulah rutinitas yang sangat menyejukkan hati. Seusai itu, dilanjutkan dengan mengaji Al-qur'an. Serasa dunia ini menghilang, menyatu dengan inti kehidupan yaitu Tuhan. Dan akhir dari kegiatan spiritual sekolahku adalah membaca sholawat bersama-sama.

 

Di sekolahku, aku punya seorang guru yang banyak memberiku motifasi untuk membangkitkan semangatku untuk terus belajar dan belajar. Yaitu 'Mr. Mitung', sebenarnya nama beliau adalah 'miftahul huda', namun karena ceritanya tentang masa lalu beliau ketika masih kecil dulu. Seusai sho9lat dzuhur tadi, beliau langsung beranjak pergi seperti biasanya, namun tiba-tibaberbalik dan menghampiriku dan berbisik kepadaku. "Jib, kamu ada kegiatan apa setelah ini?", "Tidak ada kok pak, kenapa pak?" jawabku begitu, karena hari itu sedah akhir semester kelas XII SMKku. "Setelah ini, kamu iktu saya ya." ajak beliau kepadaku. "Kemana pak?" "Ke jember." "Oh, okelah pak." jawabku mantab.

 

Maka dari itu, aku dan guruku itu langsung beranjak pergi untuk berangkat.

 

--ooOoo--

 

Dari Jember, guruku ternyata mengajakku ke kos-kosannya. Ya memang aneh, sebenarnya beliau sudah tinggal di sebuah rumah di dekat sekolahan yang telah disediakan oleh yayasan. Beliau aslinya adalah orang Mojokerto, namun karena tekat yang kuat untuk meneruskan studinya(kuliah), maka beliau memilih kuliah di Universitas Jember mengambil bidang sastra inggris. Ternyata meksud beliau pergi ke jember, ada sebuah urusan yang penting, senang aku sendiri tidak tahu urusan apa, aku tak berani menanyakan yang aneh-aneh kepada beliau.

 

Seusai menyelesaikan urusannya, beliau sengaja mengajakku makan di sebuah rumah makan di dekat Universitas jember. Setelah memesan mekanan dan minuman, beliau mulai beranjak angkat bicaradengan di selingi gurauan-gurauan alas guyonan. Ditengah pembicaraan yang asyik, beliau bertanya kepadaku. "Kamu setelah lulus mau lanjut kuliah atau gimana jib?", "Sebenarnya saya pengennya ya lanjut kuliah pak", jawabku. "Betul jib, aku dukung, soalnya ada keistimewaan tersendiri bagi orang yang menuntut ilmu jib, jika dibandingkan sekolah(baik sekolah ataupun mondok) dengan bekerja, itu lebih enak sekolah jib, kenapa? Karena, kalu orang masih sekolahitu meskipun salah dia itu tidak berdosa, berbeda lagi kalau orang bekerja alias sebaliknya. Itu jika dipandang dari segi ubudiahnya jib, jika dipandang dari segi lainnya juga ada banyak persamaannya. Meskipun beda-beda tipis." jelas beliau dengan santai tapi pasti, sedang aku hanya bisa mendengarkan dengan sedikit mengangguk-angguk. "Oh ya jib, orang tuamu punya sawah apa tidak?", "Punya pak.", "Wah, lumayan lah bisa buat jagaanmu jib.", gurau beliau namun serius. "Tapi lho, saya masih punya adik pak.", "Iya jib, tapi sebenarnya biaya kuliah dan sekolah SMA atau SMK, itu terkadang ada yang lebih mahal dari biaya kuliah jib, bahkan nyaris banyak yang seperti itu. Kan ada tuh sekolah SMA/SMK yang biaya bulanannya lebih dari seratus ribu.", "Lho, emangnya kalau kuliah njenengan dulu berapa biayanya pak?", "enam ratus ribu buat enam bulan jib, cuman yang membuat anak kuliah itu terlihat mahal, karena 'kemenyeknya' itu jib, ya contohnya saja kayak gini, makan enak tiap hari di rumah makan. Coba mereka berpuasa atau apa gitu, ehm... Pasti awet jib." Tutur beliau diselingi canda. Memang benar dengan apa yang telah beliau utarakan kepadaku. Dari apa yang sudah aku dengar dari beliau itu, semakin besar dan kuat niatku untuk melanjutkan studiku sampai jenjang perkuliahan. Semoga saja apa yang aku niatkan ini bisa berjalan dengan benar, amien.

 

Tak lama dari itu, pesanan makanan dan minuman sudah datang, aku dan guruku langsung menyantapnya dengan lahap. Ehm... ada pelajaran berharga dari sini. Terima kasih ya Tuhanku. Alhamdulillah.

 

 

--ooO S E K I A N Ooo--

 

Komentar

Tulis komentar baru

Materi isian ini bersifat rahasia dan tidak ditampilkan ke publik.


Terpopuler Hari Ini

Sebulan Terakhir

Terpopuler