Skip to Content

Sebuah Refleksi ( 5 ) :Penelisiksan Jiwa

Foto Fahmi N Mustaqim

malam ini. terpikir yang ada di otaku hanyalah putih… semuanya putih. jam dinding yang kulihat putih, tembok yang kupandangi putih, layar komputer yang ku amati putih, tanganku yang sedang mengetikpun putih. namun ada hanya satu yang hitam, hanya ada satu yang gelap yaitu hatiku. hitam karna tak ada cahaya, hitam karena memang yang kuingini dalam hati adalah hitam.

langit putih dan gelapnya bulan hanya jadi seberkas bayangan. di bawah bintang dengan sinar emas putihnya aku bersenandung sebait alunan lagu, lagu hati yang mendeskripsikan sebuah perasaan yang kian hanyut terbawa perbedaan bertuah kepahitan. sungguh senandung pilu derita anak manusia. itu hanya alunan dari mulutku, bukan hatiku, bukan emosiku dan bukan perasaanku. malam ini adalah siang, malam yang amat terang dengan cahaya putih yang menjulang kesemua jagad raya. sebait jumlah kata telah aku senandungkan, perasaanku hari ini sesejuk pujian malaikat yang tak pernah berdosa, seanggun bidadari yang setia mengagungkan asmara Tuhannya.

empat puluh empat hari berada dalam kondisi putih, dua puluh hari terang benderang dalam relung yang kasat mata. esok hari semuanya mungkin hitam, pekat gelap untuk mencari jiwa-jiwa yang tak akan kosong. mencari sedikitnya jati diri yang masih tersembunyi, mencari tatapan-tatapan Tuhan yang menciptakan terang.

kini aku tertidur lelap dengan mata terbuka, dengan otak yang masih bekerja, dengan seribu pikiran yang masih menggaduh seiring detaknya jantung. mimpi yang sedang terjadi adalah sebuah kenyataan, diantara baik dan buruknya. kadang hanya ada satu yang akan tampak, antara kesenangan atau kepedihan alam bawah sadar. selain dari itu hanya kekosongan dan kehampaan atas bayangan putih, yang selalu hadir menemani tidurku yang tak pejam. malam hari, dini hari, subuh hari, pagi hari, dan seterusnya aku bermimpi dalam kenyataan.

sudah pagi  hari, aku bangun dari mimpi, bangun dari tidurku yang tak tidur. terbangun oleh kicauan burung pandan yang bersiul nyaring tanda perkawinannya usai. pagi hari ini kelabu, abu-abu mendekati hitam, terasa aroma dingin embun pagi yang memeluk dan mencium pundukku semakin erat. tersadar bahwa aku tertidur dibawah pohon yang berguguran, dan terlihat daun anturium yang begitu besar dan lebar, daun tersebut melambai-lambai seakan ingin memeluku untuk menggantikan dinginnya embun yang menyelimuti tubuhku. lalu aku mendekati dan mengambil daun itu untuk jadi penghangatku.

langit semakin hitam semakin pekat, dan matahari berwarna biru laut sebagai penerang yang amat redup, mungkin pagi sudah hilang dan sekarang sudah siang hari pikirku. siang hari yang mencekam, membuat semua makhluk yang bernafas tak ingin keluar dari peraduan. aku berdiri, melangkahkan kakiku, berjalan untuk mencari danau, mencari tempat untuk aku mendapatkan nyawa. kuberjalan dibawah gelap, kutapaki kakiku dan merasakan betapa lembut rumput-rumput yang aku injak. semakin terlihat warna hijau tosca yang terhampar didepanku, warna danau yang ingin aku temui. semakin harum tercium hawa danau Longterhm, harum bunga trepizum chloreapta yang mengelilingi danau itu. walau langit gelap dengan cahaya redup dari matahari namun danau itu tampak terang, terang mengeluarkan cahaya, danau Longterhm yaitu danau yang airnya bercahaya.

dari kejauhan aku sudah berlari, berlari terus berlari, ingin secepatnya kurasakan air yang sejuk, air yang menyejukan hati bila kau menyentuhnya. kurasakan air danau itu, kubasuh mukaku, kuminum airnya. sungguh melepas dahaga berpuluh-puluh hariku. perasaanku tenang setenang danau yang airnya terhampar bagai padang rumput di Treopara. aku bahagia, aku terlepas dari gelap, kini aku bercahaya diterangi sinar hijau yang memancar dari danau . aku berbaring dipinggir danau ,kurebahkan tubuhku dihamparan bunga-bunga trepizum chloreapta dan kurasakan mataku ingin terpejam bersama harumnya bunga katulistiwa yang semerbak.

sesaat mata ini terpejam, disaat kepala ini menengadah kelangit hitam, sebuah titik putih, titik putih yang kian menjadi bayangan merpati, bayangan merpati yang amat putih. aku terperangah, aku bangkit dengan kepala masih menengadah dan melihat apa yang sedang aku lihat. bayangan tersebut mengelilingi danau, dan akhirnya masuk, menceburkan dirinya kedalam danau Longterhm, sungguh kejadian yang ajaib yang pernah kulihat.

masih kulihat, bayangan putih itu menuju dasar danau, kian menari, kian membujuku untuk segara mungkin berenang bersamanya menuju dasar. kejadian ini betapa indah, dan mengagumkan. pikiran alam prasadarku membujuku untuk segera menjeburkan diri ke danau itu, tubuhku pun refleks mengikuti suara pikiranku, suara dimana aku harus menangkap bayangan itu. sesaat dalam hitungan detik tubuh ini sudah berada dalam danau,terasa air yang begitu sejuk menyentuh tangan, kaki, dan semua badanku. sejuk…amat sejuk, jernih..teramat jernih. aku cari cahaya putih itu,  berusaha menangkap bayangan itu, dan tak kutemukan. semakin aku mendekati dasar danau, semakin jelas cahaya putih itu tampak, semakin dekat aku untuk menangkapnya. bayangan putihpun semakin dekat, namun aku terhenti, aku sesak, paru-paruku seperti akan meledak, aku terhenti mendekati cahaya putih itu. sesal rasa ini, hanya bisa kupandangi cahaya itu tanpa menyentuhnya. ajaib dan sungguh sebuah keberuntunganku tatkala cahaya itu yang mendekatiku, semakin dekat, satu kaki dekatnya, dan masih mendekatiku. dan akhirnya bayangan itu menciumku, aku terpana, aku menyentuhnya.

sepersekian detik kurasakan aura Tuhan, kurasa jabatan tangan sang Penguasa dalam tanganku. aku terpejam, aku terlelap, dan cahaya itu masuk dalam diriku.

cahaya itu, bayangan itu adalah jiwaku……

 

Komentar

Tulis komentar baru

Materi isian ini bersifat rahasia dan tidak ditampilkan ke publik.


Terpopuler Hari Ini

Sebulan Terakhir

Terpopuler