Skip to Content

Selamat Tinggal Dunia

Foto Muhamad Ridwan N

Kekecewaan memang lumrah bagi manusia. Terlebih lagi orang itu memang sering membayangkan sesuatu yang amat sempurna dalam hidupnya.

Emmhhh ... mungkin arogan juga yaa??

Tapi, kalau menurutku itu semua wajar saja!

***

Pagi yang cukup cerah, ya setidaknya itulah yang dapat dilihat oleh mata seorang pemuda tanggung yang tengah termenung itu. Mmmhh, indah memang pagi ini. Tapi, menurutku tidak bagi pemuda itu. Dia terlihat begitu kebingungan di hadapan notebook hitamnya. Dia termenung sendiri di sudut kelas yang masih kosong. Ya, memang! Karena hari itu tepat hari ahad. Keadaan kampus memang cenderung sepi tiap hari libur. Terlebih pagi itu amat sangat dingin. Tapi ku rasa itu semua tak mengganggu posisi pemuda itu. Dia duduk dipinggir jendela yang terbuka, dengan pemandangan pesawahan dan tanah kosong yang cukup menyeramkan kalau dilihat malam-malam. Angin dingin itupun menusuk-nusuk pinggiran kulit arinya. Bagaikan beribu tikaman sang dewi es menghujam-hujam dadanya.

***

“Assalamu’alaikum . . .”

“Wa’alaikumsalam . . .”

“Hai, lagi apa?”

“Aku lagi ngapalin. Kamu lagi apa?”

“Lagi ngerjain tugas. Eh besok jadwal apa emang?”

“Kayaknya besok jadwalnya mustholah hadis, faroidl, sama fiqhul siroh.”

“Mmmhh gitu, tapi udah siapkan?”

“Hmmm, boro-boro siap yank,”

“Loh kok gitu?”

“Iya dha atuh gak ngerti . . hehe”

“Mmhh, ya udah atuh dicoba dulu. Masa iya gak ngerti sama sekali.”

“Iya deh aku coba . . .”

“Oke deh, semangat ya sayang . . .”

“Oke . . .”

“Ya udah, met ngapalind aja yah . . .”

“Oke boss, hehe. Makasih yaa . . .”

***

Malam berlalu di luar sana dengan cepat. Pikirannya yang mengira pacarnya itu sedang tekun menghafal untuk ebsemnya hari besok itu tak mengusiknya untuk mengecek facebook ataupun mengirim SMS kepadanya. Terlebih lagi ketika itu dia tengah sibuk mengerjakan tugas UAS-nya di kampus. Sampai waktu yang biasa ditentukan, sebagaimana telah mereka sepakati di awal. Tepat pukul 21.00 atau mungkin kurang beberapa menit. Dia mengirim SMS kepada wanita yang amat disayanginya itu.

“Tapi kok gak ada balesan ya?” Tanyanya dalam hati.

Lalu dia mencoba menelpon, tapi juga tidak diangkat.

“Hmmm, ya sudahlah, mungkin dia lelah menghafal dan langsung istirhat dan tidur. Daripada aku mengganggunya.

Lalu dia melanjutkan pekerjaannya yang sempat tertunda itu. Hingga malam telah menelan habis kesadaran pemuda itu, dan akhirnya mengalah untuk mendekap malam. Dengan harapan, besok pagi akan mendapatkan sapa hangat kekasihnya yang malam menghilang itu.

***

Allahu akbar allahu akbar . . .

Suara adzan subuh mulai berkumandang.

“Aduh, kesiangan nih . . .”

Lalu dia segera bergegas mengambil air wudhu. Sambil berjalan dia melirik ke HP-nya, sambil berharap ada SMS yang ia harapkan sejak malam tadi. Tapi kenyataan begitu tak mendukung keinginannya itu.

“Hufhhh . . . ya sudahlah biar aku yang menyapanya usai shalah subuh.”

***

“Umi . . .”, begitulah biasa dia memanggil kekasihnya itu.

“Iya abie . . .” seperti biasa dia menjawab.

“Malem kemana aja sih?”

“Aduh, bie, maaf ya. Malem umi ketiduran. Hehe.”

“Ya udah gak apa-apa. Udah biasa kali, hehe.”

“Hehe.”

“Mmhhh.”

Lalu tak ada lagi jawaban dari SMS-nya itu.

“Hmmm, cuma gitu aja ya?” tanyanya dalam hati.

“Huffhhh, ya sudahlah mungkin dia memang sibuk.”

Kesempatan untuk melepas kerinduannya pun luput, lagi-lagi luput. Mana dari siang dia juga telah merasakan kehilangan itu. Ekh, lagi-lagi harus terulang di malam dan pagi ini. Hufhhh, kasihan dia.

***

Rasa kecewa masih terselip di hatinya. Namun timbul keinginannya untuk membuka facebook, dan melihat apa mungkin dia mengirimkan sesuatu di dindingnya. Tapi lagi-lagi dia salah. Tidak ada apapun, kecuali hanya beberapa status baru kekasihnya itu.

“Wah, banyak juga ya dia bikin status kemarin. Hmmm, mana pada seru lagi kayaknya. Banyak gitu komennya.”

Lalu dia mulai menelusur dan membaca semua status tak lupa dengan semua komen-komennya. Semakin dia menelusur, terasa dadanya semakin sesak dengan rasa kecewa dan juga kekesalan yang menelusup ke dalam hatinya yang tengah rapuh digerogoti oleh pening pikirannya.

“Ya Allah, dari kemarin malam ternyata dia masih sangat sempat untuk berkomen-komenan di facebook. Padahal untukku dia tak sempat sekedar untuk menyapa. Mana dia asyik bermanja-manja mengobrol dengan laki-laki lain. Bercanda-tawa. Malah lebih parah lagi, dia malah bersenda-gurau dengan mantannya.”

Hatinya menjadi panas dalam tengah dinginnya pagi itu. Ditambah rasa sakit dikepalanya mulai menjadi kembali.

“Ya Allah, apa mungkin memang aku telah tak ada artinya baginya. Padahal aku begitu berharap dia kelak akan menjadi wanita yang mengandung anak-anakku. Menjadi seorang ibu yang shalehah bagi anak-anakku. Ya, walaupun mash cukup lama memang. Tapi, bila seperti ini!?!!! Aakkhhhgggg!!!!!”

***

Pemuda itupun mulai merenung. Setelah berbagai gejolak emosi yang memuncak. Dia mulai berpikir. Berpikir tentang hakikat hidupnya yang fana ini. Memikirkan tentang kehidupan yang lebih luas. Merenungkan tentang realitas hidupnya yang memang sempit ini. Dengan seluruh beban dan juga kekecewaannya, terutama kepada dirinya sendiri. Dia lalu melantunkan sebuah sya’ir yang tak berbait. Yang sebenarnya lebih mirip suara orang yang menahan nyawanya di ujung ubun-ubun.

Semua ini ku latunkan untuk seseorang yang sangat ku sayangi,

Meski dia tak akan pernah mendengarnya pasti.

Ketika memang ku rasakan waktu kian dekat mengejar langkahku ini

Di saat aku merasakan rasa sakit di kepalaku terus menjadi

Ketika degub jantungku mulai melemas menipis

Aku mungkin berburuk sangka kepada Ilahi

Dengan mengatakan hidupku takkan lama lagi

Tapi semua ini telah buatku introspeksi diri

Karena tak ada salahnya Allah memanggilku sejak dini

Meski mungkin sebagian orang menyangka itu tak adil

Tapi bagiku itu sah-sah saja, aku berpikir . . .

Jika dengan umur yang panjang ini aku hanya mengisi kehampaan dunia, tanpa bisa menyalakan Nur ilahi . . .

Maka hidupku tiadalah berarti!!!

Mungkin lebih baik aku segera mati

Dan Allah akan segera menggantikanku dengan yang jauh lebih baik

Tapi terkadang aku juga berpikir . . .

Iya kalau Allah mentakdirkan seperti yang aku bayangkan ini

Nah kalau tidak?!! Apa yang mungkin akan terjadi??!!

Wallahu a’lam . . . apalah dayaku ini . . .

Biarlah rencana-Nya yang sempurna menanti,

Namun relakanlah nyawa yang tak berarti ini meninggalkan kata-katanya yang terakhir ..

Selamat tinggal dunia, senang rasanya aku sempat mengenal engkau kasih . . .

Biarlah aku dengan tenang menyambut hari esokku di negeri yang jauh dari sini,

Maafkanlah semua yang pernah membuat engkau bersedih,

Dan do’akanlah aku agar dapat melangkahkan kaki menuju kenikmatan tempat yang dijanjikan-Nya, ya surga sang Ilahi . . .

 

***

 

Tak sempat aku mendengar jeritan nafas terakhirnya. Karena ternyata sang malaikat maut begitu cepat menjemputnya. Dan akupun tak sempat mendengar riuh suara tangisan orang-orang disekelilingnya. Karena bumipun tak sempat untuk membiarkan orang-orang untuk bersedih ditinggalkan pemuda itu. Seakan bumi tak rela pemuda itu harus disiksa karena tangisan mereka. Dan memilih menyembunyikannya dari pandangan manusia seluruhnya. Dan biarlah mereka mendengar senandungnya melalui siulan angin malam yang terdingin tiap akhir Juni. Dan wanita itu?!! Kekasih sang pemuda itu?!! Entahlah ia akan sempat untuk memikirkannya atau tidak. Namun, kalupun ia tersadar, tentu semua itu telah terlambat adanya. Dan akupun tak punya banyak waktu untuk memikirkannya. Karena lubang waktu itu pun segera akan lenyap. Dan gawat juga rasanya aku berada lama-lama di dunia ini. Baiknya aku segera pulang, dan mulai menerawang kembali petualangan sang epos waktu yang masih sangat luas itu.

***

Ya Allah, jagalah diriku dari api neraka sekecil apapun. Biarkanlah aku terus mencintai Engkau dengan semua kelebihan dan kekuranganku dalam menyembah-Mu. Dan kelak jika aku mati, biarlah aku menjadi orang yang khusnul khatimah. Âmîn.

 

Gemuruh Angin Kebekuan,

Ahad, 19 Juni 2011 (08:45 WIB)

 

 

 

Daeryu 21

Lampiran

Komentar

Tulis komentar baru

Materi isian ini bersifat rahasia dan tidak ditampilkan ke publik.


Terpopuler Hari Ini

Sebulan Terakhir

Terpopuler