Skip to Content

Seorang Lelaki Dan Sangkar

Foto lelaki_rumput

Di kota ini ialah satu-satunya lelaki ilalang pembuat sangkar, yang masih bisa tersenyum manakala hari sudah beranjak petang dan tidak ada satu pun sangkar burung terjual.

Petang mengantarkan ia kembali ke rumah kecilnya di pinggir rel, di bawah pohon nangka. Sepanjang jalan pulang hanya desau angin yang ia kenal. Tembok-tembok rumah begitu tinggi menjulang, tidak ada satu tempat pun yang bisa ia singgahi untuk sekedar melepas dahaga yang sedari tadi mencekik tenggorokannya.

Tidak di lihatnya anak-anak bermain kelereng seperti dulu atau ibu-ibu yang memetik daun singkong untuk lalap makan malam.

Di rumah kecilnya, ia larutkan perasaannya pada batang-batang lidi, ia serut satu persatu, memulasnya dengan cat kayu lalu menjemur lidi itu di atas rel, sebelum ia rangkai satu-satu batang lidi menjadi sebuah sangkar sederhana nan rupawan.

Tidak ada yang mengerti kenapa lelaki itu masih setia membuat sangkar, padahal di kota ini seekor pipit pun sudah sangat jarang di jumpai.

Tidak banyak yang tahu, beberapa tahun lalu ia pernah membuat sangkar yang begitu indah, dimana seekor kenari pernah menghuni di dalamnya.

Ya, seekor kenari yang sangat cantik.

Ia habiskan uang tabungan hasil jerih payahnya selama ini untuk membuat sangkar itu, agar kelak ia beserta anak-anak kenari bisa hidup dengan nyaman dalam sunyi terakhir di kota yang sudah gersang itu.

Sunyi terakhir, sebuah huma di selatan kota.

Ketika sangkar itu telah selesai ia buat, dan kenari cantik pun telah bersedia menempatinya, sesuatu terjadi.

Huma yang menjadi tempat sangkarnya berpijak tiba-tiba runtuh, sesuatu telah mengeruk tanah dan menumbangkan pohon-pohonnya. Ada orang yang bilang kalau tempat itu akan di jadikan jalan tol.

Tidak ada lagi tempat sunyi di kota ini. Ia kembali pada rumah kecilnya di pinggir rel kereta.

Hari menjadi lebih gersang dari biasanya. Ia simpan sebagian asa kedalam sangkar, termasuk kenangannya pada sosok kenari cantik. Ia biarkan juga jiwa raganya masuk ke dalam, setelah memberi secarik pesan pada desau angin.

Angin, kalau kau sudah tidak lagi memberi kabar tentang kenari, biarkan aku tinggal di sangkar ini, setidaknya untuk beberapa hari...

cianjur 2010

Komentar

Tulis komentar baru

Materi isian ini bersifat rahasia dan tidak ditampilkan ke publik.


Terpopuler Hari Ini

Sebulan Terakhir

Terpopuler