sepenggal jejak

Ia terbangun.

Dengan sebuah pelarian terbayang diatas hari. Dengan menyantap secuil nyali, ia bangkit melangkah pergi. Mengais di jalan, ditepi-tepi. Mentari pucat menaungi dengan sepoi-sepoi rinihan kala dedaunan tergores di dahan-dahan.

Pikirannya berdistraksi.

Setidaknya ia mencoba mengerti, alasan mengapa langit membelaah diri. Memamerkan relung  gelap bertabur bintang yang tak tergapai. Cahaya disimpan sendiri, tanpa menerangi. mungkin dunia pun degradasi.

Lelah melakoni konstelasi. 365 hari, 12 bulan, 24 jam, dan detik-detik beserta jarum yang berputar tanpa henti. Tak lagi lelah, hanya hampa yang mengisi kekosongan yang nampaknya betah mereplikasi.

Dunia itu mimpi. Rasional hanyalah fantasi. Moral sama seperti ilusi. Menanyai diri, berapa lama lagi kau mesti menatap diri? Memerankan tokoh bernama pribadi, yang keberadaannya pun masih dicari?

Sekali lagi ia terlelap tanpa diksi yang menjadi alasan ia berlari.