Skip to Content

Terbaring Kata-kata

Foto Steven Sitohang

Beristirahatlah sejenak di langit sebelah timur. Sebab engkau lelah lakukan adarma pada segala fana. Sambutlah fajar, di sini telah disediakan ranjang bersama cahaya kemerahan. Bersama suara burung saat matahari semakin ke barat dan semakin gelap, ia terbang dengan telentang, terkadang seekor gagak hitam yang terlihat putih.

 

Saat itu sudah ada niat membuangnya. Tapi amat sulit bagi manusia lemah ini. Terus menikmati bersama, aroma asap pedih lewat lobang hidung, di atas ufuk di bawah horizon, terkadang api merah biru membantu. Akhirnya terjatuh juga ke dalam lobang hitam berjarum. Menghanguskan mimpi, kerdilkan cinta. ‘tak mengenal kata-kata.

 

Jiwa yang balawan pun merasakan, kata-kata yang ‘tak biasa, yang mengudara pada saatnya. Kata-kata yang bersolek pada saat hujan layaknya Jalak, yang granggam layaknya gereja liar di pucuk mangga. Kata-kata yang terbaring di atas buku doa, yang lama tidak aku rasa.

 

Detik-detik ini saat paling gelap. ‘tak ada ku kenal, tidak ada yang mengenal. Suara langkah kaki beberapa orang yang mengerikan. Jantungku tidak lagi berdetak. Para krematorium dengan pemercik di antara jari. Mereka menumbuk setelah membakar, tangisan kristal-kristal kecil terdengar, dengan bentuknya yang agak panjang biru terang, yang tidak hancur setelah terbakar mereka temukan.

 

Di dalam diriku, dosa-dosa tertawa karena tangisan tadi yang merindukan kata-kata.

 

 

 

GLOSARIUM :

  1. Adarma              : mengabdi, berjuang
  2. Jalak                   : burung jalak
  3. Granggam         : ragu-ragu, bimbang
  4. Krematorium    : pembakaran jenazah

(Jakarta, 14 April 2017)

Komentar

Tulis komentar baru

Materi isian ini bersifat rahasia dan tidak ditampilkan ke publik.


Terpopuler Hari Ini

Sebulan Terakhir

Terpopuler