Skip to Content

Terima Kasih Ayah !!

Foto angga imaginer

Sore yang cerah, ilzam duduk diteras rumah sederhananya, ia pun semakin merasa tenang dengan suara hembusan angin yang meniup daun hijau disekelilingnya.
    Suasana tenang terpecah dengan datangnya suara seorang lelaki dari balik pintu rumahnya“sedang apa kau nak..?? ” suara lirih itu dibarengi dengan munculnya seorang lelaki yang telah berambut putih dan wajah keriput, dengan senyum tipis dimulutnya ia mulai duduk dikursi sebelah ilzam sembari memulai obrolan ringan.
“kau tak keluar nak, berkunjung ke rumah teman temanmu ?? kog hanya duduk disini sendiri? “ tanya sang ayah dengan nada kalem
“tidak yah, hari ini aku hanya ingin dirumah” jawab ilzam tenang
“sore ini nampaknya mau turun hujan” gumam sang ayah sambil menatap langit yang hari itu nampak berawan
“sepertinya yah...” ilzam menjawab dengan tatapan kosong nampak seperti pikiranya sedang terfokus ditempat lain.
Tak lama kemudian, segerombolan burung dara terbang dan hinggap di halaman rumah tetangga yang nampaknya sedang mengais sisa jagung yang habis dijemur di halaman itu.
“apa itu nak??”
“itu burung dara yah” gumam ilzam yang nampak acuh
“owwhhh”
tak berapa lama kemudian, sang ayah kembali bertanya sambil menunjuk kesekumpulan burung dara tadi
“apa itu nak??” tanya sang ayah
“burung dara ayah!!!” jawab ilzam dengan nada agak keras
ayah ilzam pun hanya mengangguk menunjukkan bahwa ia telah mengerti. mungkin karena usia sang ayah yang telah lanjut dan agak pikun, ayah ilzam pun kembali bertanya untuk yang ketiga kalinya
“apa itu nak?? ”
ilzam pun tampak kesal sembari menjawab “itu burung dara ayah!!! apakah ayah sudah pikun sudah tiga kali aku kubilang kalau itu burung dara, kog masih terus tanya...”
tanpa sepatah katapun sang ayah masuk kedalam rumah. Berselang beberapa waktu, seorang perempuan tua muncul dari balik pintu dengan membawa sebuah buku tulis, dari sampul yang telah kusam dan berdebu terlihat bahwa buku itu telah lama termakan usia. Wanita yang menenteng buku itu adalah ibu ilzam, ia pun duduk dikursi yang ditempati oleh ayah ilzam tadi. Ibu ilzam menaruh buku tersebut diatas meja dan membuka lembar demi lembar dengan bercerita tentang masa kecil ilzam dan sang ayah.
“nak...bapakmu itu dulu seorang guru, karena kesabarannya dalam mengajar, ayahmu sangat dicintai murid-muridnya, meskipun terkadang ia pulang mengajar dari sekolah pada sore hari dalam keadaan capek, ayahmu masih sempat menyisihkan waktu istirahatnya untuk mengajar kamu dirumah...” ucap ibu sambil membuka buku tulis lama tersebut. Ilzam membaca sebuah tulisan yang tampak tulisan seorang anak yang baru belajar menulis.
“itu tulisan siapa bu?? ” tanya ilzam dengan penasaran
“ini tulisanmu saat masih balita dulu nak, ayahmu mengajarimu menulis, membaca dan mengenal nama-nama benda, engkau menuliskan semua nama benda yang baru kau kenal dalam buku ini, ayahmu dengan sabar mengajarimu mengenai banyak hal tanpa lelah, termasuk mengajarimu mengucapkan nama benda, namun karena mungkin engkau dulu masih kecil, kau sering lupa nama benda yang baru disebut ayahmu, syukurlah ayahmu orang yang telaten dalam menghadapi ketidakmengertianmu dulu, ia mengajarimu sampai engkau benar-benar mampu mengucap kata-kata dengan benar tanpa kenal lelah ” sang ibu dengan suara lirih mengisahkan cerita tersebut.
Tanpa tersadar, setetes air jatuh dari mata ilzam setelah ia menyadari apa yang telah ia ucapkan terhadap ayahnya tadi. Iapun langsung masuk kedalam rumah mencari sang ayah dan kemudian memeluknya, beriringan dengan suara tangisan lirih dari mulut ilzam setelah ia menyadari kesalahannya terhadap sang ayah.

Komentar

Tulis komentar baru

Materi isian ini bersifat rahasia dan tidak ditampilkan ke publik.


Terpopuler Hari Ini

Sebulan Terakhir

Terpopuler