Skip to Content

ya! aku dan tuhan

Foto hakla

Cerpen,                           Ya!. Aku dan Tuhan

            “Mengapa aku begini?”. Kulentangkan badanku menghadap ke langit. Kuapitkan kedua tanganku untuk bantalan kepalaku. Kupandang, diatas badanku ini . Hamparan langit yang sangat luas. Berjuta-juta bintang menghiasinya. Sekilas seperti lampu-lampu surga. Indah tak tertandingi. Aku tetap termangu, semua keindahan itu kosong. Seolah mataku buta. Hanya satu masalahku. Diriku,Diriku, Dan Diriku.

“Kapan aku seperti teman-temanku? Semua cakap berbahasa inggris. Hanya aku  dan Diriku. Yang entah tak kumengerti.” Mataku sudah terasa berat. Ku akhiri malam perenungan ini dengan sederat permohonan pada tuhan. Dan pastinya tak kulupa mengingat-ngingat kembali pelajaran bahasa inggrisku. Pada satu genggam buku beserta kamus disampingku ini. ”Tuhan...cakapkanlah lidahku. Sebagaimana engkau membuat cakap lidah teman-temanku. Amin”.

-keesokan harinya-

            Kurasa air begitu dingin saat fajar ini. Kuusap bekas air wudhu’ yang masih menetes di wajahku. Terasa segar. “Allahu akbar...” kutenggelamkan diri ini. Ya! Diri ini. Pada dzat yang memiliki segalanya. Kurasa tenang, tentram, seolah hanya ada aku dan tuhan malam ini. Pada sujud kedua, sebelum tahiyat akhir, Sengaja aku perlama sujudku. Semakin dekat!. Kurasa tuhan telah berada tepat dihadapanku. seketika Kuungkapkan seluruh permohonanku, dan pastinya tuhan lebih tau apa yang aku inginkan dan butuhkan. Tentram! Tenang!.

Semangat sudah mengawaliku di pagi ini. Belajar tanpa menyerah. Sebelum teman-temanku datang, Aku sudah di dalam kelas beserta semangatku. Kucoba mempraktekkan percakapan Inggris. Memang susah, Tak kupedulikan. Hingga..

”hey..! speakingmu salah!”. ucap salah seorang temanku. Tak kusadari teman-temanku sudah mulai berdatangan. “Maaf!. AKu masih belajar”. Sanggahku.

“Udahlah, Kau takkan bisa mengikuti tes beasiswa itu. Percuma! Kau tak berbakat!”

Tiba-tiba badanku melemas. Kata-kata itu bagai sebilah pisau yang menyayat hatiku. AKu tertunduk, Memang semua ini kenyataan. Seluruh temanku rata-rata menguasai speaking Inggris-nya. Hanya aku seorang. Ya! Aku. Yang tak bisa menerima kenyataan diriku. Tak bisa!. Mereka semua, 8 bulan lagi akan mengikuti tes beasiswa kuliah di oxford. Dan saat ini mereka semua bisa!. Hanya aku!.

“Aii,.,gogo.,es..to secoholl,..” terdengar suaraku yang sedang kesulitan melafadkan kalimat Inggris. diSaat aku praktek didepan guru bahasa inggrisku, Mr. Johan. Terlihat gigi-gigi temanku  menertawaiku.

“Hey Nik!. Ini gampang loh. Sudah gak bisa. Apalagi yang sulit entar?” terdengar ucapan guruku, Mr johan. Terkesan mengejek.

“Hanya itu kemampuan saya mister. Maaf”

“jika tetap seperti ini, Kamu takkan bisa mengikuti tes seleksi beasiswa. terimalah takdirmu ini! Lidahmu memang bukan lidah inggris. Sana duduk!” Imbuhnya. Kali ini kata-katanya mematahkan harapanku.

Takdir? Ini takdirku?. Tidaakk!!!. Hanya tuhan yang menentukan takdir. Kau siapa mister? Kau bukan tuhan. Beraninya kau katakan itu takdir. Tetap tidak! Aku tetap tidak akan menerimanya. Bukankah usaha mampu mengubah takdir? Tuhan macam apa yang menyia-nyiakan usaha hambanya?. Tetap pada keyakinanku. Ini bukan takdir. Lihat mister! Suatu saat kutunjukkan takdirku yaitu bisa fasih berbahasa Inggris!.

“God helps those who help them selves” sederet kata bijak ini tetap menjadi prinsipku. Guruku sudah tak mendukungku lagi. Ok! Saat ini kuputuskan untuk tidak ketergantungan pada siapapun. Hanya aku dan tuhan! Ya aku belajar pada tuhan. Hanya tuhan yang peduli padaku saat ini.

Sejak saat itu aku tak pernah lagi mengikuti mata pelajaran bahasa Inggris Mr. Johan. Guru itu telah mematahkan harapanku. Kesempatan itu aku ganti dengan pergi ke perpustakaan. Mencari apapun yang kaitannya dengan bahasa inggris. Aku bacai buku-buku. Di media komputernya aku lihat cuplikan-cuplikan video pembelajaran bahasa inggris. Tiba-tiba..

“Niko-niko. Percuma! Sama guru saja gak bisa, apalagi tanpa guru!” suara itu! Suara itu datang lagi. Temanku jojo mencibirku. Aku lemas seketika. Suara itu bagai Guntur di siang bolong yang menerpaku. Dan Guntur itu berubah menjadi iblis yang terus menggodaku. “Ini takdirmu…kau takkan bisa…pergilah… lidahmu bukan lidah inggris….” “Sudah! Sudah! Ok ini takdirku!” Jawabku putus asa.

Marah, sebal, jengkel, semua bergejolak pada diriku. Ingin ku banting diri ini. Sekiranya aku tak bisa bernafas lagi, tak bisa melihat kenyataan pahit ini lagi, lebiih baik mati! Ya mati! Tuhan ampuni aku. Agar tak berlarut-larut kuputuskan untuk merebahkan badan ini di kamar. Dengan gontai kulangkahkan kaki ini menuju perbaringan. Mungkin hanya tidur yang bisa menyudahi kemelut pikiranku saat ini. Ya! Tidur, Pikirku. Sesaat sebelum badanku ku baringkan, tiba-tiba mataku menangkap tayangan televisi yang masih menyala disudut kamarku. Lebih kuperhatikan tayangan itu. Terlihat seorang bocah seumuran 9-10 tahun sedang menggigit bulpoin. seraya mempraktekkan kosa kata bahasa inggris. Apa maksudnya? Apa ia sedang latihan speaking?. Lebih kuamati lagi. Setelah ia mencoba speaking dengan menggigit bulpoin, sekarang ia mecoba melepaskan gigitannya pada bulpoin itu. Dan..Ia lebih fasih! Bahasa inggrisnya lancar, tidak kaku. Aku tertegun. Tuhan… apa ini pertolonganmu?

Saat itu juga aku mencoba tips anak itu. ku ambil bulpoin di saku tasku. Dan langsung kugigit seketika. Ku coba speaking…pertama terasa kaku dibibir dan sedikit nyeri di rahangku. Ku coba terus melakukannya. Tanpa menghiraukan rasa sakit itu. Barang waktu lima menit baru aku melepaskan gigitanku pada bulpoin. kucoba lagi speaking. Dan…mulutku terasa enteng, lidahku lunak, lebih lagi pelafadanku terdengar lebih fasih! Ya lebih fasih!. Trimakasih tuhan….

Tuhanku memang takkan mengecewakan. Dari awal aku memang tak pernah percaya omongan orang. Hanya aku dan tuhan. Kepercayaanku sepenuhnya pada tuhan. Yang memiliki segala-galanya. 7 bulan kiranya lebih dari cukup untuk mengejar ketertinggalanku pada pelajaran bahasa Inggris. Kuharap nanti aku juga bisa lebih fasih dari temaan-temanku. terutama teman yang telah mencibirku. Pastinya harus dengan giat belajar dan berlatih. Saat ini tak ada keraguan lagi pada hatiku. Hari-kehari, bulan-kebulan, tak pernah kusia-siakan. Belajar dan terus berlatih dengan mengandalkan tuhan. Tak kurasa, tes seleksi itu sudah diambang mata. Tepatnya besok lusa. Semua temanku tak ada yang tau perihal belajar privatku. Aku akan membuat sebuah kejutan. Lihatlah wahai manusia! Tanpa kau akupun bisa!.

Keesokannya, senyum bahagia sudah aku sunggingkan sejak aku berjalan menuju tempat tes seleksi di sekolah. Mentari seolah ikut tersenyum melihat insan yang sedang bahagia ini. Dag, dig, dug, gemetar hatiku memang tak bisa aku hilangkan. Tapi, semua itu terkalahkan oleh keyakinanku pada tuhan. Ya! aku dan tuhan.

Kumasuki ruangan itu dengan ucapan basmalah. Setelah batang hidungku masuk, seluruh isi ruangan itu terheran-heran melihat kemunculanku. ”Hey! kau mau dipermalukan lagi ha?” kata itu mengundang tawa seluruh isi ruangan. Aku memang mau marah. Tapi aku tahan. Mereka belum tahu, seperti apa diriku saat ini. Aku langsung menempati tempat duduk paling depan nomor dua. tuhan…aku tetap percaya padamu..semua berada di genggaman tanganmu…

Tak lama kemudian satu persatu temanku maju kedepan. Untuk bisa lulus seleksi tersebut, harus bisa membuat karya ilmiah berbahasa Inggris, serta mempresentasikannya di hadapan juri juga dengan berbahasa inggris. Terlihat temanku jojo, unjuk gigi mempresentasikan karya ilmiahnya. Durasi waktu habis, dan baru aku tau pengumuman kelulusannya tepat setelah presentasi selesai. Semua terlihat tegang melihat juri sibuk menimang-nimang keputusan yang akan di buat. Dan,..slah satu juri mengacungkan papannya “tidak lulus”. Mr. johan tertunduk. Apalagi jojo. Aku terhenyak. Tuhan mudahkanlah aku kali ini.

Peserta kesembilan sudah tampil dan nihil!. Tetap tak ada satupun yang dinyatakan “lulus”. Dan tak aku sangka aku menjadi peserta terakhir pada tes seleksi beasiswa ini. Sesaat sebelum kulangkahkan kaki kedapan, kumenatap keatas seraya begumam “tuhan…tunjukkan takdir yang engkau tentukan padaku hari ini”. dengan penuh kemantapan hati, kulangkahkan kaki menuju pentas.

 

“Globalization era is challenge for everyone to always ready compete in competitive life…………….thank’s you very much for your nice attention the last I say”

Ku curi-curi pandang pada reaksi juri atas presentasiku, setelah aku tampil barusan. Terlihat salah satu mengangguk-ngangguk dan di ikuti oleh lainnya. Kemudian berbisik satu sama lain. Aku gemetar, hatiku kacau. Entah apa yang akan terjadi setelah ini. Dan tuhanpun menentukan takdirku….”lulus”…..seketika itu pula aku bersujud “trimakasih tuhan atas karuniamu..” seluruh isi ruangan terhenyak kagum saat itu. Mereka semua tak percaya apa yang telah terjadi. Tak terkecuali Mr. Johan,guruku. Dan ia menghampiriku.

“tak kupercaya kau sehebat ini. Selamat niko! Maaf ucapanku dulu.” Terkesan ucapannya mengiba-ngiba padaku.

“mister…hanya tuhan yang menetapkan takdir”.kataku, mencoba menggurui

Sebulan sesudah itu, aku tetap pada keyakinanku pada tuhan. Ya! Aku dan tuhan. Berangkat menuju universitas oxford di Inggris

Dan semua menjadi indah bersama tuhan.

The end.  

By: Hakla H-@

 

 

 

Komentar

Tulis komentar baru

Materi isian ini bersifat rahasia dan tidak ditampilkan ke publik.


Terpopuler Hari Ini

Sebulan Terakhir

Terpopuler