Skip to Content

Perempuan Jalang

PEREMPUAN JALANG, 1

 

Di perempatan kota, sepasang mata jalang menyala

senyum-senyum mungilnya hangus terbakar tanduk-tanduk kerisauan

IRAMA NAN BERSENANDUNG

IRAMA NAN BERSENANDUNG

Kemirau @ Sang Murba

 

“HAIRAN sungguh aku dengan orang sekarang!” Rasa kesal jelas terpancar di wajah Long Nah. Segala yang terbuku di hatinya selama ini bagaikan tidak tertahan-tahan lagi.

Molotov Terakhir

peluru melesat. menerobos kulit yang asing. menembus dada berdetak tegas

pemilik langkah yang enggan mundur

walau udara memanas di dalam kepala

Belum Usai

Isi kepala yang terkelupas barisan perhitungan logika angka satu plus sepuluh titik enam akar dua, yang kau yakini tak ;pernah ku temui di saat aku bekerja

Joan UduPerempuan JalangKemirauIRAMA NAN BERSENANDUNG
Salman ImaduddinMolotov TerakhirLalik KongkarBelum Usai

Prosa

lebaran

 

Perempuan Penyulam Rindu

Hampir tiap malam Anirah termangu di bawah pendar bintang seiring robohan rindu yang bergeletakan di hatinya. Anirah lantas menghitung bintang-bintang yang tergantung di kolong langit pekat hingga untaian asteris itu tiada lagi mampu dihitung. Begitulah malam ia lewati. Setidaknya perempuan tua itu masih punya harapan.

Di Lapak Bawang

1

 

SATU tepernah tes hujan pagi itu, dengan nakalnya, menerobos sela genteng rumah Bambang. Terjun bebas dia, mencocor mulut penghuninya yang masih menganga membagikan aroma alkohol untuk seluruh ruang pengap ukuran 3x3 meter itu.

 

Tik...

 

Uhuk, uhuk!

 

Mata Bambang yang masih berat, karena umbar-umbaran menenggak alkohol yang lebih mirip methanol itu hingga masjid kampungnya mengumandangkan Imsak, dipaksa terbuka.

 

Hari itu telah sampai pada pukul sembilan pagi. Hujan telah menjamahi tanah sejak tiga jam sebelumnya. Sebuah pagi yang damai di sekitaran pasar sayur yang tak pernah sepi dari tarik ulur makhluk-makhluk ekonomis.

 

EA (judul sementara)

HITAM (bag. 2)

"Hitam..? mana coba kulihat..." kataku sambil mendekatkan lampu senterku dan memungut bunga tersebut. "Kembang itu!!" ucapku tanpa sadar. "Kembang apa Gun..?" tanya Andi dan Firman serentak.

Cintaku di negeri damai (bag-2)

Mentari semakin redup di ufuk barat, lambat namun pasti tenggelam di temaram malam, yang kelam, Nurhayati mulai bergegas mengemas apa-apa yang perlu dibawa pulang......

HITAM (bag. 1)

 'Semua sudah siap?, tanyaku kepada Andi dan Firman. "Oke siip..!" jawab mereka. 'Ayo berangkat' ajakku. Dengan tas keril yang lumayan berat, ku langkahkan kakiku menyusuri jalan setapak di tengah hutan ini untuk menuju puncak. Pemberhentian kami di shelter tadi telah membuat tenagaku pulih untuk melanjutkan pendakian gunung Ciujung ini kembali.

Rainy dan Si Bintang Lapangan Voli

“Ayo. Rai!” ajak Raftah sambil menarik tangan Rainy, “nanti kita terlambat. Pertandingannya udah dimulai tuh,” katanya lagi sambil mempercepat langkah.

Orang Bijak Hanya Diberi Pedang Tumpul

Suatu waktu di suatu desa yang terletak di kaki gunung terjadi wabah penyakit. Saat itu Saifulah baru berumur 8 tahun, kedua orang tuanya meninggal karena wabah penyakit yang menular. Di kaki gunung yang sama tinggallah seorang ulama, orang-orang yang mengenalinya biasa memanggilnya Kyai Tapa. Beliau tinggal mengasingkan diri dari keramaian di suatu tempat yang tersembunyi di kaki gunung itu.

"dear : Raina "

Hari yang begitu kelam.

Bahkan matahari takut di caci para peri jika ia muncul, amarah dan kesedihan para awan riuh lantah menangis sejadi-jadinya, senada dengan kepedihan jiwaku yang sedang meradang. Bulir-bulir bening air, menetes, menyelimuti para pengantar. Aku benar – benar benci hujan senja ini, teramat benci.

Sindikasi materi

Bookmark



Terpopuler Hari Ini

Sebulan Terakhir

Terpopuler