detak waktu terus memungut sisa-sisa petang
jemarinya perlahan menetaskan gelap dilangit-langit magrib
tentang sebilah senyum yang menebas pandanganku
lalu menjatuhkannya pada kedua mata itu
mataharipun seolah pergi diiringi kicau kenari
entah berapa senti lagi akan benar-benar menepi
padahal kita belum sempat berbincang dalam resonansi
bahkan sedikitpun kita tak menyampaikan isyarat dengan bunyi
tak lama, adzan pun menggema disudut kota
ya, saat dimana senja tlah habis dan terbias mega
kita berpapasan diantara lampu-lampu jalan yang menyala
sekitar pukul tujuh belas lima puluh dua
dan kau pergi secepat putaran jam tangan yang kau kenakan
dengan meninggalkan selaksa pesona yang lekat dalam ingatan
Komentar
Tulis komentar baru