Bersama Santri Damailah Negeri
Oleh : Muslih Al Badri
Dulu kami pernah dimaki, dimusuhi bahkan berkali-kali kami pun pernah dikhianati, dibohongi.
Bahkan oleh mereka yang mengaku teman sendiri
Walau begitu, kami tetap mau berbagi, berbaik hati membuka ruang. Bagi kehidupan kini dan nanti.
Karna kami cinta NKRI.
Lambat laun, kami mulai didekati. Mungkin mereka mulai faham siapa kami. Atau malah hanya ingin bernegosiasi untuk meningkatkan citra pribadi?
Ah, entahlah kami tak mau berfantasi
Kami tetap fokus mengaji, mendalami ilmu-ilmu yang bertebaran di muka bumi tentunya lewat sanad dari para Kiyai
Bukan hanya sekedar mengaji lewat mesin pencari
Toh itu yang sudah diperintahkan oleh nabi. Kami tak peduli walau mereka tak menghargai kami, atau karya-karya kami.
Kami tak peduli kami tetap fokus mengaji.
Lambat laun mereka mulai mengaku-aku menjadi golongan kami
Sepertinya mereka mulai sadar u sekedar mencari popularitas disana sini agar diakui?
Entahlah, kami tak mau berkhayal tingkat tinggi
Kami tetap fokus mengaji lagi dan lagi
Lewat bait-bait nadhom seperti Imrithy hingga Alfiyah Ibnu Malik Al-Andalusy
Atau lewat kitab Turots ulama sejati seperti Fath qoribnya Ibnu Qosim Al-Ghozi, hingga Fath Wahabnya Syekh Zakariya Al-Anshory
Dan terkadang Fath Izzarnya Kiyai Abdulloh Fauzi juga jadi konsumsi walau selingan saat suntuk menghampiri.
Pagi hari saat orang-orang sibuk berbondong-bondong mengais rezeki atau sibuk dengan urusan duniawi kami mulai mengaji
Sebagian melantunkan Tasrifnya Kiyai Ma’shum Bin Aly, sebagian lagi ngaji bandongan hingga mentari menampakkan diri
Kami tidak pernah diajarkan putus asa, tidak juga diajarkan cara untuk manja sampai kami tak mengenal kata menyerah
Ro’an dan kerja bakti itu hal biasa bagi kami. Bahkan ngecor di Ndalemnya Pak Kiyai atau pondok putri adalah makanan ringan sehari-hari.
Kami tak merasa itu kerja Rodi
Kami hanya ingin mengais Ridho Kiyai
Mungkin mereka tak faham apa itu ridho guru. Bahkan sebagian mereka menggerutu saat sering diperintah ini, itu
Tapi bagi kami, nderek dawuhlah itu pasti.
Hingga suatu hari, Bapak Presiden Jokowi memberi titah kepada para Menteri supaya memberikan kado terindah bagi kami.
Menetapkan 22 Oktober sebagai Hari Santri
Kami tetap mengaji, menikmati hal ini
Guna menggapai Ridho Kiyai Ridho Illahi
Karena kami, santri Al-Iman Bulus Asli.
Bersama Santri Damailah Negeri.
Komentar
Mohon koreksi
Mohon koreksi
Tulis komentar baru