Entah kapan terakhir ku rasakan ini?
Rasanya seperti saat pertama
Seakan rasa yang baru terkecap
Aku bingung
Gugup…
Ku larikan diri dalam sepi
Aku malu…
Mungkinkah malu pada diri sendiri?
Entahlah…?
Sendiripun tak mengerti
Ada rasa yang memaksa meluap
Ada makna yang memaksa merebak
Jangan!!!
Ku mohon jangan!
Lari…
Aku berlari
Lari sendiri
Namun sekujur diri masih saja tetap di sini
Terpasung kebimbangan
Aku menguburnya
Ku tinggalkan pusaranya
Jauh…
Bahkan aku telah berdiri di tanah yang baru
Menata dan meniti hari baru
Dengan pernak-pernik yang baru
Kenapa pahit itu bertandang?
Padahal mataku tengah menunjuk arah yang baru
Kenapa pula aku tak mampu mengusirnya?
Bahkah untuk sekedar menahannya
Agar senyawa rasa dari pahit itu tak memaknai lebih dalam
Tidak!
Cukup!
Semua itu telah usai
Harus usai
Palung ini harus membaja
Tak boleh ada lagi lunglai
Tak boleh lagi menghiba pada keterpurukan
Tak boleh lagi ada air mata yang basahi bumiku
Aku adalah laki-laki
Ada purnama yang menantiku di balik awan
Asmuni
Indramayu, 00:44 WIB, Kamis 01 Juli 2010
Komentar
Tulis komentar baru