Skip to Content

Aku Belajar Untuk Tidak Percaya

bagaimana mungkin percaya

bila dirimu sendiri yang telah mengajarkan ketidakpercayaan

 

ketika tanah direlakan, dengan rasa bangga sebagai warga

mengabdi kepada negara, menyumbangkan apa yang dipunya

berdirilah pabrik-pabrik milik para pengusaha

dan orang-orang dari jauh menjadi pekerjanya

warga, khususnya para pemuda, hanya bisa melongo saja

 

ketika semakin tersingkir, masuk ke dalam hingga benar-benar buntu

tak bisa mundur, sedangkan kebutuhan terus memburu

pergilah ke kota-kota membawa berbagai jutaan harapan baru

tapi nyatanya melamar kerja tertolak melulu

sampai kesal rasanya ingin melempari batu

 

bagaimana mungkin percaya

bila dirimu sendiri yang telah mengajarkan ketidakpercayaan

 

ketika rejim otoriter terjatuh, membangun semangat perubahan

waktu yang berlalu akhirnya goreskan kekecewaan

ketika orang-orang berada pada lingkaran dan puncak kekuasaan

menunjukkan watak aslinya merebut dan mempertahankan

mengatas-namakan kepentingan bersama, tapi hanya sekedar ocehan

lantaran perubahan sama sekali tak hiraukan gema seruan

dari rakyat yang masih terus bergulat dengan kemiskinan

sedang mainan kata-kata terungkap pula sebagai bualan

 

bagaimana mungkin percaya

bila dirimu sendiri yang telah mengajarkan ketidakpercayaan

 

Yogya. 19.01.11


Puisi ini pernah saya posting di Kompasiana:  http://fiksi.kompasiana.com/puisi/2011/01/19/aku-belajar-untuk-tidak-per...

 

Komentar

Tulis komentar baru

Materi isian ini bersifat rahasia dan tidak ditampilkan ke publik.


Terpopuler Hari Ini

Sebulan Terakhir

Terpopuler