Ibu, mendekat dan berbisiklah padaku
Tanganku kini sedang tak kuat menggenggam kue yang engkau berikan
Tapi Ibu ketika kau bisikkan doa-doa itu entah mengapa aku merasa tenang
Senyummu bahkan lebih kuat dari penggalan-penggalan puisi yang ku buat
Ibu, hadirlah di sini temani aku
Aku ingin kau suapi aku sepotong kue yang manis itu
Tapi mengapa air mataku berlinang dan tatapanku pudar?
Ibu, aku ingin kue itu
“Nak, ini bukan sekedar tentang potongan kue yang biasa kau cicipi dari tanganku”
Itu katamu…
“Hidup yang kau lalui ini penuh onak dan tebing tajam, tak kenal kasih ataupun kata ampun”
Bisikmu padaku…
Ya Ibu, aku paham tentang sepotong kue yang manis itu
Ada perjuangan yang lebih kompleks sebelum kue itu menjadi nikmat dan benar-benar lezat
Terlebih-lebih cintanya, yaitu memaknai kehidupan saat segala sesuatunya menjalani prosesnya
Ibu, tunggu aku pulang!!
Komentar
Tulis komentar baru