Skip to Content

aku.. dirimu.. dan tanya.. (FINALLY)

Foto Jabrik

 

aku yang beberapa saat pernah menyapa dirimu dalam kesendirian yang hening serta dalam kesetiaan yang ringkih menemanimu, dan aku tak memiliki bayangmu yang tenggelam dalam pelukan langit yang bermain mesra dengan gulitanya musim ini.. mungkin aku hanya terjaga dengan candamu yang mengupasi rahasia dari kelembutan sebuah daging yang dinamakan hati itu.. aku jua yang mungkin salah menghadirkan kecupmu pada guratan takdir yang aku coba pungkiri dengan tatapan yang juga layu..

aku berharap jemariku dapat menyentuh sekuntum bunga yang tampak segar menghampar dikaki taman kebun itu, dan manatap bintang yang tegak menghunus surga dengan sumbu takdir di perjalanan fananya.. tapi dengan lugas pemilik kebun itu menutup gerbang gerbangnya.. mengunci rapat pagar dan jendela jendelanya, dan tanpa sedikitpun kata terdengar pada kerdilnya aku di taman Tuhan ini.. aku terpuruk di seribu sesalku bersama selembar senyum yang terselip dititian nadir yang senantiasa berdetak sunyi meneriakkan semua jejalan beku waktuku..

bermimpi tentang dirimu adalah keindahan yang ku telan hambar ketika pertanyaan itu muncul, langit menatapku diam.. sediam takkala sang pemalu ditakhlukkan oleh tatapan cinta dewi malam yang bertahta di istana kegelapannya.. hanya tertunduk yang bisa aku lakukan dialunan pertanyaan ini.. bergayut lemah pada sulur sulur kerinduanmu.. dan tangisku pun menyatu dalam keruh suasana yang kau hidupkan diatas pilar pilar harapanmu..

aku yang bertumpu pada heningnya janji di pintu pintu keraguanmu, kembali tak kuasa mendengar serpihan ragumu yang terlempar dari apa yang kau namakan kegelisahan.. segala tanyaku kau mentahkan menjadi abu yang terbang bersama buih buih kebahagiaan yang lebur bersama sekecap mimpi.. jauh.. bahkan akupun terhanyut dalam pentas yang menjadikan aku sebagai seorang pangeran kesetiaan yang mungkin tak terbantahkan oleh sebuah hati yang mengenalku lebih dekat.. lebih dalam.. dan lelahku pun rapuh tersiram setetes air mata yang menangisi kejatuhannya dipipimu..

engkaupun berlari diantara rumpun rumpun belukar yang tumbuh diberanda kelapangan jiwamu, dan mencoba singkirkan pagi yang pergi menjauh dari dinginnya keangkuhan sang fajar yang lekat di batas nuranimu.. seperti angin yang tak bosan membasuh dahan cemara dari buliran embun yang bergantung indah disetiap tungkai daunnya saat sang ratu kegelapan mulai terbuai mimpi.. kau tenggelam dalam lingkaran badai kehati hatianmu yang tampak jelas warnanya di lekuk lekuk keabadian senja ini.. menaruh asa pada jingganya, bertaruh hidup pada redupnya.. Dan.. sebias sinar bulanku di naungan semesta jiwa inipun perlahan mati suri diantara derap langkahku ketika menyusuri sisi jurang kebahagiaan yang engkau ciptakan dari setiap jengkal luka yang bersandar di lembut sentuhmu..

aku mulai mencoba bersanding dengan setiap resah yang mulai memenuhi sudut ruang ini.. lalu melukis sebentuk rupa yang ada pada satu sisi cermin yang terbelah dua dan tampak hampir sempurna pantulannya ketika redup terbias diantaranya.. aku hanya bisa melihat rupa itu dibalik cahaya lilin ini saja.. dan segera sirna ketika aku membawa sebuah obor yang tergenggam lemah di jari jari tanganku.. bagai siluet malam yang mencoba hindari pekikan cahaya halilintar takkala hujan melumat kering dengan basahnya.. aku hanya bisa berkata pada sosok rupa itu.. sungkanmu hanya kebisuan dibalik seribu pertanyaanku.. kamulah rupa itu.. hatikulah cermin itu..

aku buta.. aku letih.. aku luka.. dan aku sendiri..


ditulis oleh Jabrik pada: 19 Oktober 2011; jam 20:34 ◄

Komentar

Tulis komentar baru

Materi isian ini bersifat rahasia dan tidak ditampilkan ke publik.


Terpopuler Hari Ini

Sebulan Terakhir

Terpopuler