Skip to Content

allahuma hallalkanlah

Foto Xball Ariyaza

SELAYANG SURAT

 

bulan Januari

malam ke lima belas tepat jam dua puluh dua

kembali kulayangkan puisi-puisi

lewat angin yang masih meniup sunyi

atas perjalanan kisah cinta

di batas serambi suci

 

assalamualaikum, yang selalu berteduh senyum

serangkaian surat dalam lembaran ini

mengais sisa-sisa sejarah lama

yang mengajakku bercerita tentang hidup sebelumnya

setelah lelah kekecewaan menjarah

menyesap air mata sampai tumpah

 

mungkin, peristiwa lamaku

adalah selembar kertas buram

menutup jalan-jalan terang menuju keabadian

aku mempelajari hakikat uji coba dalam prakira

mencari arti-arti yang tak sama

sebatas menjamah luas kasih

yang singgah dalam palung sukmamu

 

dengarlah

rindu ini milikmu

seutuhnya tersemai dalam do’a

 

Sukorejo, 15 Januari 2017

 

PESAN BURAM

 

layaknya langit meniti setiap tetes hujan bersimbah

angin laut yang terus bertadarus menghunus dada

menyematkan duri luka mendalam

yang entah aku beri nama apa?

 

dua kali lipatnya matahari tersimpan di balik gerhana

awan senyumku mengkerut setiap ingat

ah, rubaiyat

haruskah perbandingan mengganjal kebahagiaan

sementara kidung rinduku enggan berkesudahan

menuliskan sajak atas makna yang tersimpan

 

perihal kabar buram yang memangkas kerinduan

hanya ada reruntuhan kasih

perlahan-lahan mengajakku berdamai pada keadaan

menjadi sebingkai tali suci

 

“kasih, aku memanglah tak mampu taklukan bintang-bintang

menukar lembah jadi jumantan

menebus bulan dengan batuan

tapi aku bersaksi, selagi cintaku tangguh

aku berjanji, selama jiwaku utuh

kupastikan kaulah yang menjadi rusukku”

 

banyak jalan berliku menampilkan tajam batu-batu

itu bukan sekedar pagelaran tuhan

tapi kasih sayang juga memaknai setiap cobaan

nyatanya, aku masih terlalu tangguh

berjalan tanpa beban

walau penderitaan selalu singgah dalam ingatan

 

ketahuilah

aku menyimpan gerimis sendirian

menutup rapat-rapat dalam hening

dan ketika sunyi malam bertandang

aku mengajak mimpi menyapa perasaan

 

Sukorejo, 16 Januari 2017

 

PERLAHAN REDAM JUA

 

klimaks matahari yang membakar sanubari

dalam cengkram cakar halilintar

redah dipemakaman luka yang tertera

aku sudah berani merendam darah

mentaharahkan debu-debu kebencian

pada warna dasar kealpaan rindu

 

di atas kalimat yang bersua senja

aku semai ilusi bayangmu

bertamu dalam angan sunyiku

seunyik bulan sabit runtuh

membabat amarah terdahulu

 

kau membelai penuh lembut

ahai, kasih

wajahku tak lagi kusut mengkerut

lantaran lika liku sebatas angin lalu

yang harus kutaklukan

dan perlahan redam jua oleh keadaan

 

Sukorejo, 17 Januari 2017

 

AKAN KUBAWA SENYUMMU

 

perjalanan untuk pengabdian

terbesit gemuruh yang telah berlalu

sebuah penghianatan

olehku

terhadap bunga layu

 

aku pamit istriku

mohon do’a memberkati setiap langkah

semoga seperti niat yang terpahat

dan tiada khianat

 

menjelang kubaktikan jiwa dan tenaga

aku terus mengingatmu dalam bayang

agar selalu terjaga hati ini

sebab di luar sana penuh misteri

untuk kutafsirkan hari ini

ijinkan senyummu kubawa

kupastikan menjaga pandang

melindungi rasa

 

Sukorejo, 20 Januari 2017

 SEBATAS MIMPI

 

lewat mimpi yang kucicipi

setelah lama aku menunggu

kau tiba lagi menghadap rindu

menyapa hati yang keruh

 

Sukorejo, 10 Februari 2017

 PERTEMUAN RINDU

 

seperempat malam itu

ketika hujan benar-benar bersayap dari langit

aku dan sejumlah lembaran

menyambut tangan

mengantar salam takdim

kepadamu mas,

 

walau belum sepenuhnya kumendekat

meniti ruas-ruas hidupmu yang selamat

hati rindukupun terus bertahmid melekat

sampai pada yang saat

kuingin persaudaraan kita terikat

 

Sukorejo, 14 Februari 2017

TIADA MAKSUD MENGELABUI

 

aku masih berteduh dalam balut rindu

mengakar dalam kata-kata

mengunjungi sunyi malam

kemudian menuliskan puisi

tentang malam yang mempertemukan senyum

menuntun salam tangan

 

maaf, tanpa maksud aku mengelabui

atau mendekat-dekat hati

agar senantiasa putih dimatamu

 

ini sebatas jalur silaturahmi

antara santri dan alumni

ya, kepada malam ini

masih kutadaruskan sajak-sajak rindu

untukmu juga yang kini berbalut

bersuara dalam senyum

 

aku juga merindumu

atas mula rubaiyat dan kisah hidupmu

 

maaf kalau kedatanganku mendadak

mengakrabi suasana sunyi

menegur senyum dalam sejuta dimensi

 

atas kesediaanmu menyambut tangan

akupun ingin menaruh sebuah harapan

ingin berguru tentang kehidupanmu yang terang

tentang budidaya maupun perkumpulan

waktu yang singkat barangkali adalah pengantar

untuk dapat kutemui sebuah jalinan silaturrahmi

 

bertemu kakakmu

aku adalah bunga yang sampai pada kemekaran

penuh aroma kebahagiaan

walaupun perkenalan

masih bermula, dan butuh waktu

untuk sampaikan maksud tertera

 

Sukorejo, 14 Februari 2017

DIA DATANG SORE INI

 

semoga tidak ada rintik-rintik hujan yang menghakimi

membuat hati-hati menjamur perih

karena petir tiba menganiaya dimensi

 

dia datang sore ini

diantar kerinduan pada sang kekasih

ia menuang bara api dalam dada

menguji ketangguhan rasa

agar selalu rusak tanpa makna

 

bila ada air matamu jua

akulah bakal lebih menyayat mulutnya

mencaci permainan berita

atau dalam kenangan, ia akan benar-benar kesakitan

itu dendamku masih hitam

belum mau redam, walau bagaimanapun

luka tetap beraroma darah

 

sabarlah, ketika kau baca puisi ini

tanpa tersadar hati kita sama-sama terasa perih

bayangan kapal berkibar dijagat raya

kau dan aku selalu berasa sama

sejalur dengan naluri yang ada

 

Sukorejo, 14 Februari 2017

SUARA  KABAR GOMBENG SARI

kabar pembubaran kelurahan di koran harian

 

setelah lama tak terdengar kabarmu

hari ini, aku turut terbakar

wacana pembubaran kelurahan tersebar di koran-koran

suara penolakan terpampang di benner pinggir jalanan

gombeng sari, masihkah tenang?

haruskah sengketa membelah matahari

sisakan warna-warna buram disetiap ampas sajak perkebunan

 

kampung kopi lanang

aku rindu balutan sejuk tanahmu

ingin kembali melabuhkan puisi dan hangat kopi

ketika malam tiba

sebuah kisah tertera menjadi senyum

 

menolak pembubaran

aku bermakmum saja

karena hari yang bersejarah

adalah do’a-do’a anak cucu

berharap riwayat senantiasa utuh

 

aku tunggu kabar selanjutnya

semoga bijak

lalu diriku kembali menata jejak

 

Sukorejo, 17 Februari 2017

ALLAHUMMA, HALLALKANLAH !

 

atas lembah tanah tapaan

letak kaki raja terprasasti

menulis seruan batin

seraya lantukan munajat

allahumma, hallalkanlah !

 

tengadah pinta ini

terus bersenandung fatihah

bertawasul kearah rasa

mengharap teristijabah

 

amin ya robb..

dengan segala dimensi maknanya

 

Mushola Ibrahimy Pa, 20 Februari 2017

MENARA BUKIT

 

Secercah lampu tersimpan di ujung malam

Menara dengan ketinggian tanpa perkiraan

Aku yang mengingat beberapa kisah lama

Menulis rindu tentang gerbong kereta

 

Ketika itu

Usiaku belum cukup untuk menabung rasa

Masih permulaan fajar menyusun sinar

Di pagi hari menjelang pendidikan dasar menarik garis tepi

Yang mulai sepi dengan kegembiraan teman sebaya

 

Ini tentang sebuah menara

Dan semacam wangsit mimpi

Bahwa aku akan kembali mencintai

Menabur serbuk rindu terindah

Yang sebelumnya mengenalkanku perihal rasa

 

Widoro payung, 31 Januari 2017

 

SELAMAT TAHUN BARU

 

meninggalkan sejumlah kenangan

dalam air mata sempat tersimpan

kilauan perih menyerap ingat

enyahlah!

bergantilah hari kelam yang kucicipi

bersama duka setengah kertas

dalam dada yang retak

hanya tersisa serat bening

pada lembaran putih

cerita tentang dua puluh enam angka

 

Sukorejo, 01 Januari 2017

RAJUTAN MALAM

 

aku ingin melihat ketentuan muara sampai lautan

setelah lika-liku canyon menjadi jalan

masihkah bening

atau keruh tirta yang menjamin teduh

banyak suara membakar tungku amarah

wujudnya patahan bara yang disimpan air mata

deruh mengkerdam

tenggelam telaga kepiluan

 

amat ngilu terasa

mendengar jejak persinggahan

adalah luka perlahan

 

aku masih terhimpit nanar darah

suara teduh kemenangan lima hari

 

Sukorejo, 7 Januari 2017

 

MALAM PERTAMA, MENYAPA DESA

 

disapa hujan widoro payung

salam kenal dariku putra kota pisang

yang sesaat saja singgah

untuk sekedar meletakkan jejak

atas jiwa-jiwa yang dahaga

 

aku tulis puisi malam pertama

berharap hari-hari selanjutnya lebih berharga

jinakkan hikmah dalam dada

yang akan kuberitakan saja

 

hujan menjelang senja

layaknya irama serempak

menyambut para perindu berkah

dalam setiap tetesan

menyimpan jutaan makna

 

apakah hakikat hidup sebenarnya

fikiranku masih mengeja bait-demi bait

dengan petuah sang sayyid

“tanamkan sikap husnuzon, bahwa setiap orang itu lalim” *

patut dijalankan

tidak untuk dilupakan

bissmilah nafsi alabarakatillah

 

Widoro Payung, 21 Januari 2017

BULAN  KE TUJUH

 

22 Januari 2017

bersama dinginnya pagi desa ini

jari-jari masih enggan terhenti menjadi rindu

masih sedia semaikan sajak

untuk kupahatkan menjadi jejak

 

aku katakan

“rindu ini bertahan”

aku rasakan

“hati ini berjuang”

tak enggan renggang

 

untuk waktu yang sementara letakkan jarak

terus aku mengingat jarum jam

agar senantiasa menjadi pelajaran

berharga dalam penilaian

 

sudah bulan kedelapan

semoga sampai tujuan

 

Widoro Payung, 22 januari 2017

LAYAR LEMBAR, KITA SEMPAT BELAJAR

-       sekedar guratan rubaiat yang sempat tertera kepadamu kawan Izzul Muttaqin

 

yang tak tangguh pada batu-batu kata

mencerai kenyataan lampau

malammu kembali kemarau

untukmu

aku sempat belajar tentang makna bertahan

melamar kesetiaan langit dipangkuan malam

walau dalam kesementaraan

 

dari ufuk yang tak sama

kita kembali bersua

bersuara resah baru dijantungmu

atas tiga warna pelangi

yang harus terpilih satu hati

 

kita pernah belajar menelaah masalah

menggapai suram dalam lembaran

kemudian kutaburi sendiri dengan secercah sinar terang

menjadi puisi nyata saat sunyi

 

kau tak lagi menyusun embun

telah kau banjirkan muara ganda

tinggal satu telaga penantian

dahulu, ketika tangismu mengiba

yang tunggal itu

sebatas pesanku

jangan kau hujankan langit biru

 

Ss.Cermin, 21 Februari 2017 

 

TINTA  JEMARI

 

merindu tinta yang tercucur dijemarimu

aku masih melagukan nada-nada

ketika senja mulai mentup sinar

melipat selendang awan merah

menyisakan senyum

tak terbias segumpal purnama

 

cahaya itu milikmu

tiada sesaat waktu

merintis kafilah bayangan

menemani ketika dalam gundah

 

miliki hatiku

tulis apa saja yang tertera

an kelak saat matahari bersua

letakkan mimpimu diatas do’a

 

Surya Delapan, 20 Februari 2017

 

INI RINDUKU, MANA RINDUMU

 

wujudnya adalah lika liku bebatu

terjal dimedan perjalanan

seikat tekat

telah kulabuh dengan do’a kuat

agar selalu melekat

kasihmu dan rasaku

dalam puji restu

 

aku hadirkan bayangmu itu

pada selembar sajak kerinduan

yang selalu pujangga kabarkan

bahwa malam

adalah angin teduh sampaikan salam

 

ini rinduku

menyesap dalam setiap keadaan

mana rindumu

apakah sama dalam kepastian

 

Sukorejo, 01 Maret 2017

 

SEOLAH BUNGA

 

malam menjadi serangkaian syair

berteduh dalam angin rindu

seutas tali perekat kalbu

masih tersimpan menjelma harapan

bahkan barang kali do’a dipertengahan

ini malam

mencipta saksi agung

bahwa  telah tercium aromamu yang ranum

seolah bunga

harum dan berwarna

 

Depan SMAl, 01 maret 2017

 

MELIHAT BERITA-BERITA YANG MISTERI

 

walau sebenarnya

di hatimu itu rasa ragu masih belum kau rapikan

melihat berita-berita yang misteri

yang tak sempat kau tanyakan

antara benar dan ketidak pastian

 

kau masih melihatku dari sudut yang masih menghitam

sementara kilau gemintang

perlahan mulai mengantarku pada tujuan

di sisi ini aku katakan

bahwa aku bukan lagi seekor lintah

yang mengaumkan layar sumpah

 

dan disinilah

waktunya kepastian

menjarah pelupuk matamu

dalam bukti-bukti yang utuh

 

maaf, kalau hatimu masih beludru

dalam kata maupun peristiwa

karena akulah yang masih terus melangkah

berbenah dalam realita rasa

yang senantiasa aku analisa

kepadamu

mata malam yang samar dalam penerang

mbak nuria landow

ku persilahkan kau antar pujian

 

Sukorejo, 02 April 2017

 

 

 

JAKARTA  SILAHKAN KAU MENYAPA

-menjelang, menunggu waktu yang menegangkan

 

tanggal 18 april nanti adalah pemberangkatan para kafilah kebanggaan gubuk ini

disapa lembaran naskah sari tilawah

aku memanen mimpi, dalam wujud nyata

bismillah. . .

Jakarta mulai menyapaku dalam angan

sekian baris mimpi ku persilahkan

mencumbuiku seorang diri

 

aku membawa rinduku kepadamu

agar senantiasa terjaga

bahwa hidup dan peristiwa tiada pembeda

 

biarlah yang bertahta semakin berkuasa

namun jiwa dan segala kepunyaanku

tiada mampu menembus kerendahan belaka

ini hidup harus berwarna

meski tanpa harga

 

Jakarta,

aku mengabari seluruh jagat raya

supaya turut mengamini

dihari peperangan nanti

aku dan mereka

letakkan nama, atas dasar sayembara

 

Sukorejo, 06 April 2017

 

KETIKA RINDU MENJADI KEWAJIBANKU

 

Setelah hari terlalui

Kesaksian malam berpetuah

Seperti juga rinduku yang alfa

Di kesementaraan waktu

Tapi bukan dalam artian menghilang

Sebatas makna yang tersimpan

 

Apa kabar rindu ?

Hanya senyum yang terus terbayang

Terselip dalam mimpi-mimpi

Layaknya musim yang tergerai

Mengurai di pagi hari

 

Ini adalah isi

Mewakili detak jejak nurani

Bahwa rinduku tak pernah terganti

Lalu hanya namamu juga

Yang terus tersemai

Ketika rindu menjadi sebagian kewajiabanku

 

Sukorejo, 02 Maret 2018

 

MUSYAWARAH JALAN

-pasca menjadi Peninjau Musubra IKSASS Kalipuro XII

 

Sekali lagi

Di tahun yang berbeda

Genap melangkah tegap

Tetap sama dalam istilah

Bersama gugusan pasang mata baru

Aku dan mereka

Kembali bersua

Dalam satu wadah

Berproses menjadi luar biasa

Suara pekik

Sebuah irama yang terngiang

Menyimak antara kata dan kesepakatan

Bersatu dalam tujuan

 

Malam ini

Kembali ingin ku beritakan kepadamu

Tentang kebahagiaan, tawa, dan perdebatan

Serta penyampaian

Yang selalu menjadi peta di jalan-jalan

Bersama mereka

Kawan-kawan dari tanahmu

Sebuah malam yang kurindukan

Seperti jua rindu terhadapmu

Yang terus menyesap dalam badan

 

Sungguh,

Begitu terasa mendalam

Bah simfoni syahdu

Yang terus menguraikan cerita

Dalam warna cinta yang terbina

Sukorejo, 02 Maret 2018

 

SYAULAM BENDERANG

 

Lambaian jari menyapa gelombang

Disebuah malam

Sepatah abjad membimbing hasrat

Menunggu gugusan senyum bersimpuh

Manabung rubaiat

Pada sebuah kemarau rindu

 

Bersama duplikat

Syaulam menyulam lentera

Menabur kilau benderang

Menadaruskan rima dalam telaga

Penuh narwastu sekedar menjadi rindu

 

Oh, batara

Sunyikah yang kian mengutuk

Pedih nian terasa jua

Mampukah jiwaku jumantara

Sementara puisi-puisi sepah

Terus menjamur dalam dada

 

Mendekat

Rekat

Lekatlah

 

Sukorejo, 09 Maret 2018

 

 MALAM

-dalam latar Aqoid Saeket

 

Di bawah langit yang sama

Tanpa tanah pembeda

Inilah milik kita

Pada sejenak pertemuan

Kupandang senyum penuh kilauan

Menyapa malam

Walau hujan tetap basah

Namun hangatnya rindu

Kaulah fatihah yang kupanjatkan

 

Ahai,

Begitupun rindu menyiksa sekujur badan

Bagikulah sebuah kewajiban

Sebagai penawar silam

Kaulah isyarat tuhan

Yang mengusaikan pengembaraan

 

Malam ini

Bukan lembar-lembar gulita

Seberkas cahaya

Engkaulah setengah jiwa

 

Selamat tidur sayang

Malamku adalah senyum yang tertuang

Dalam sekian bait tulisan

Menyeru namamu

Sebagai wujud karya tuhan yang menawan

 

Sukorejo, 14 Maret 2017

 

 

GOMBENG SARI 1

(di atas kendaraan tanpa atap)

Sepanjang kalipuro

Langkah menyusuri ketapang

Bulusan

Banjar waru

Kelir

Sampai deras mengalir rindu

Oh, Gombeng Sari

Sarikan setiap nafasku

Sekian jalan

Dan terik sinar yang senantiasa hangat

Mewarnai teras perjuangan

 

Di jalanmu

Aku melihat bayangan

Seonggok rindu dalam ingatan

Yang merajai fikiran

 

Di batas tatap kakakmu

Ada keraguan menyapa

Takut-takut  bermakna salah

 

Bulusan, 23 Maret 2018

 

GOMBENG SARI 2

(hati yang masih melekat)

Akarkah itu?

Aku kira benar

Em..bisikan angan dalam hati

Mengawali

Mengantar jejakku kembali

Gombeng sari

Tanah kopi

Durian

Manggis

Kakao

Langsat

Kepundung

Kelapa

Aku ingin semuanya

Sekedar runtuhkan dahaga

Yang setiap kali menyesap dalam peluh rinduku

Walau benar nyatanya

Bahwa rindu itu berat

Biarkan aku saja

Sementara kau tak perlu susah-susah

 

Gombeng sari, 23 Maret 2018

  

KETAPANG KENANG

 

Hai,

Apa kabar ketapang?

Aku kembali

Dengan rindu yang ku punya

Tapi bukan untuk dia

Kepada tempat yang sempat teringat

Ketika ruh kata dan peristiwa

Menjadi altar para pujangga

 

Ya,

Kau tentunya sudah tau, bagaimana keadaan sekarang ketapangku

Sejumput rubaiyat itu menjadi bekalku melangkah

Di selangkangan waktu menabur rindu

 

Ah, andai

Adalah andaikan yang terletakkan

Yang didengarkan

Atau bahkan dia rasakan

 

Di situlah

Aku pernah terkagum-kagum

Tersenyum-senyum

Bahkan terkantuk-kantuk

Seperti jalan hidup yang selalu batuk

Terserah sajalah

 

Sambil lalu mendengar sayang nomer 2

Versi ska

Jihan dan Nella

Kembali fikiran melayang

Menuang

Berenang menuju lautanmu

Atau dermagamu jua

Yang tak habis kedatangan bahtera

 

Serta satu lagi yang lupa

Lagu milik juragan empang

Di langit malam

 

Iseng Aja, 24 Maret 2018

 

MALAM PERTAMA

 

Di sebrang ini

Hanya ada lelah menyetubuhi

Membawa sejumput ingatan tentangmu

Kala itu,

Kita masih sempat tunjukan pada bumi

Kilau-kilau senyum di matamu

 

Bersamamu itu

Aku telah maknai apa itu rindu

 

Sukorejo, 24  Juni 2018

 

MALAM KE ENAM

 

Setelah habis gerai hujan itu

Keringlah ladang-ladang

Membawa gurauan ilusi rindu

Yang tiba bertandang temui tenang

Di serambi hati

Aku mengenang

 

Selamat malam kau yang di sebrang

Mampukah guratan puisi

Menuang segenap hasrat yang menompang

Ku katakan!

Hatiku masih ada di sana

Kau simpan rapi-rapi

Sebab ragu perlu bukti

Luka butuh penawar

Gelap butuh terang

Sesat butuh denah

 

Kuatkanlah!

Malamku sekedar frekuensi beku

Yang mengantar suara semu

 

Sukorejo, 29 Juni 2018

 

MALAM KETUJUH

 

Sehabis lelah bergelayut di tepi mata

Waktu yang menghitung

Telah sampai angka tujuh

Menyemu rindu dalam angan-angan

Yang entah berapa bilangan

 

Tengah gelisah menembus tenang

Dari sebagian kenangan

Aku mengingatmu

Dalam sejumput lika-liku hidup

 

Hampirilah

Bila ada waktu tiba

Membawa aroma-aroma morise

Di sekujur tubuh mungilmu

Sebab rindu di jiwaku

Adalah pertapaan sunyi

Yang membutuhkan cahaya abadi

 

Kesediaanmu

Menjadi amanah bagiku

Agar senantiasa mengacungkan mampu

 

Sukorejo, 30 Juni 2018

 

MALAM KE SEMBILAN

 

Ku dengar!

Ada lantunan rindu menjalari fikiran

Membawa lambaian kenangan

Dalam dimensi waktu

Ku belai, batapa hati telah menunggu

 

Selamat malam kasihku

Selamat tidur          

Semoga indah mimpi kian meneduh

 

Sukorejo, 2 Juli 2018

 

PRIGEN ADALAH KALIPUROKU YANG AKAN DATANG

 

Memandang Prigen

Aku melihat Kalipuro dimasa mendatang

Dengan villa-villa mewah

Dengan hotel-hotel megah

Bebukitan rindang

Terhidang daratan terang

 

Singgah di Prigen Pasuruan

Entah batas atau pedalaman?

Aku menghirup udara teduh Kalipuroku

Bersama aroma-aroma cinta

Bersama wangi rindu

Seduhan kental kopi yang menghangat

Terbibit di setiap ladang-ladang

Di selimuti dingin

Menyesap dalam badan

 

Aku menjadi rindu

Kalipuroku

Bagaimanakah dimasa depan kelak

Ketika anak cucu telah lahir dari rahim peradaban

 

Begitu juga ingin aku menerangkan

Tentang bagaimana jalan sunyi

Sempat menuliskan serpihan air mata

Pada hari penghabisan

Di tepi bulan Juni

 

Prigen,

Malam yang aku luapkan tak terlupakan

Semoga terkenang

Menjadi teduh semboyan

Untuk Kalipuroku kelak

Ketika diri telah berhasil menjadi petinggi

 

Telapak Prigen,06 Agustus 2018

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Komentar

Foto Izzul Muttaqin

Bukankah salah satu puisi itu

Bukankah salah satu puisi itu untuk saya x-Ball???

Tulis komentar baru

Materi isian ini bersifat rahasia dan tidak ditampilkan ke publik.


Terpopuler Hari Ini

Sebulan Terakhir

Terpopuler