Jiwa-ku.....,
mengapa engkau menangis...?
apakah engkau telah menemukan kelemahan-ku...?
Betapa pilu-nya air mata-mu yang pedih menikam hati...,
untuk sebuah kesalahan yang tidak engkau ketahui.....,
Sampai kapan engkau akan meratapi diri...?
Tiada lagi yang masih ku-miliki kecuali kata....,
yang menerjemahkan semburat impian...,
sebagai gejolak ambisi atau hidayah-mu....,
Jiwa-ku....,
cermati-lah daku.....,
Hidup-ku hanya terpayungi oleh ajaran-mu....,
sementara perihnya deritaku....,
mengiringi liku langkah-mu...,
Hati-ku yang dulu perkasa....,
menempati sebuah singgasana...,
kini hanya meringkuk bak budak terhina....,
Kesadaran-mu juga pernah....,
mengikrarkan kesetiaan persahabatan......,
namun kini berbalik memusuhi-ku.....,
masa remaja-ku adalah harapan....,
kini justru mengancam kelemahan-ku...,
Jiwa-ku....,
mengapa tuntutan-mu sungguh berlimpah...?
telah ku-jauhi pesona duniawi......,
demi mengikuti petuah arah...,
yang engkau wajibkan untuk ku-ikuti......,
Bersikap-lah adil pada-ku.....,
atau sekalian.....,
undang-lah Sang Maut.........!!
Komentar
Tulis komentar baru