Berjalan menapaki hari yg keras
Tanpa sandaran apalagi gubuk yg teduh
Dunia baruku yg indah
Disini terasa haru menderu
Sering bernasib malang
Jika malam datang
Lelah adalah bantalku
Letih adalah selimutku
Dunia baruku begitu indah
Disini semua tatapan terasa berbeda
Kata-kata yg tajam
Bahkan penghinanaan ku anggap buku bagiku
Hari-hari yg panas hingga keringat menutupi kesedihanku
Aku berjalan di lorong-lorong kota
Sekedar menjawab pertanyaan hati
Disana banyak wajah yg berbeda
Karakter hidup yg tak pernah aku tau
Ada banyak yg tersenyum dengan hati
Tapi sebagian tersenyu dengan bibir saja
Anak rantau yg kurasa berbeda
Mencari tujuan,kemana kaki harus berpijak
Jika lantunan takbir datang,hanya sedih dan doa padaNya
Jika hidup ini berarti maka biarlah memberi manfaat untuk yg lain
Anak rantau yg kurasa berbeda
Maut di ujung mata
Sedetik hidup namun setahun menahan lara
Nasib melangkah namun takdir terjatuh terinjakan kaki kehidupan
Anak rantau yg kurasa berbeda
Jika diam tak tenang bicarapun di dendam
Seperti cerahnya sebuah ungkapan nasib ini
Bagaikan telur di ujung tanduk.
Komentar
Tulis komentar baru