Skip to Content

Api di Bukit Menoreh 2

Foto Veronica Um Kusrini

Jarum bergerak lambat, di angka dua

Kasarnya roda menggerayangi aspal

Bertalu-talu menjadi sebuah melodi

Melodi perpisahan yang amat gelisah

Kegelisahan api dan kayu, hari ini!

 

Bergerak pelan dibawa kabut alam

Tak didapati tempat di balik rimbun

Kayu menangis mendapat kenyataan

Api tak sempat membakar tuk jadi abu

Kayu rindu, resah, gelisah, membuncah

Abu yang dinantikannya tak kunjung jua

 

Api tak kalah resah, nyala tak sempurna

“Jangan resah, kesempurnaan itu tiada”

Kata sang asap menusuk-nusuk ke ulu api

Sakit yang terperikan itu pernah dirasakan

“Itu bukan alasan bagimu tuk jadi padam”

Kata hatinya meyakinkan, penuh harap!

“Menjelmalah menjadi seperti bentukku,

karena darimu, aku menjadi ada dan nyata”

Nyala api berbinar, berkobar, menjilat-jilat

Hatinya berbatu, untuk menjadi asap.

 

Asap kini membubung menjadi apa saja

Apa saja yang dia mau dan dia suka

Ketika musim dingin dia menjadi kabut

Menyelimuti kayu yang gagah, tapi sendiri

Dia juga menjadi awan di ujung langit

Bertahan di setiap musim tak kenal lelah

Dari sana, dia awasi kayu, makin melapuk

 

Musim berganti,  tibalah musim penghujan

Kilat datang menggoyang semua isi dunia

Dikoyaknya semua, sungguh tiada ampun!

Kayu yang melapuk dan meranggas juga

Dilalap dan dicumbuinya  habis tanpa sisa

Kerinduan sang kayu untuk menjadi abu

Telah datang bersama badai dan topan

 

Mereka bercengkerama sangat mesra

Di luar sana semua hancur tak bersisa

Di tengah-tengah puing-puing itulah

Mereka berkata pada dunia tentang asa

 

Di bukit Menoreh abu itu diabadikan

Menjadi sebuah prasasti kehidupan

Tak ada yang tak mungkin bagi-Nya

 

Wates, 14:55, 2 Januari 2014

 

Komentar

Foto Rose of the Prairie

dan api itu masih menyala

dan api itu masih menyala

Tulis komentar baru

Materi isian ini bersifat rahasia dan tidak ditampilkan ke publik.


Terpopuler Hari Ini

Sebulan Terakhir

Terpopuler