Kau bualkan ribuan kata-kata yang berjerit
Kau susun jutaan nada-nada yang berbuih
Aku yang mengumpulkan sisa-sisa kenangan yang bercecer di sini
di setiap sudut kota yang menjadi altar memori
berterbangan melewati hutan hujan yang merinding
sedang kau terus berjerit seakan sedih
menutupi wajahmu seakan sakit
meronta meminta tolong layaknya orang terkucil
nyatanya kau selalu berdansa di saat malam mulai sepi
untukmu, ku lahirkan damai dari sepi
untukmu, ku sambung bengis dengan tangis
untukmu, ku sulam perih menjadi pelangi
untukmu, ku susun senyuman menjadi perkusi
demi menyambung puisimu yang tak berakhir...
My Creation, Ridwan (daeryu)
Bandung, Kamis, 11, Juni, 2009
Komentar
Tulis komentar baru