Skip to Content

Balada Seorang Tuna Wisma

Foto Sengkuni

"Dury"

 

Dibawah langit-langit kain parasut

Tempat aku berteduh

Beralaskan terpal, kain selimut

Aku bergulat menahan dinginnya malam

Aku terjebak dalam ketakutan yang suram

Di sebelah hutan yang liar,

Sawah gandum, batu kapur,

Aku tidur diantara mereka

Maafkan aku menjajah wilayahmu kelinci-kelinci kecil

Maafkan aku mengganggu ketenanganmu rusa-rusa liar

Ijinkan aku menjadi sahabat barumu,

Ijinkan aku tenang bersamamu dibawah sinar

Terang rembulan purnama



"Pont Noyelle"

 

Kain parasut ini yang melindungiku

Dari derasnya hujan,

Kain parasut ini yang melindungiku

Dari kencangnya angin,

Alas terpal ini yang menjadi kasur tidurku

Selimut tebal ini yang menjadi penghangatku

Aku lelah, aku tidur diantara pepohonan besar,

Di pinggiran sungai

Maafkan aku rumput,

Yang tertindih beratnya tubuhku,

Terima kasih burung,

Yang telah mengiringi istirahatku dengan kicauanmu,

Terima kasih



"Bebas"

 

Rumahku dunia

Tempat tidurku alam

Teman-temanku hewan,

Biarkan aku bebas berpijak diatasnya,

Biarkan aku bebas berteduh dibawahnya,

Biarkan aku bebas bahagia dengannya,

Jangan ganggu kami!



"Terbangun"

 

Aku terbangun

Bukan karena ayam yang berkokok

Aku terbangun

Bukan karena hujan yang lebat

Aku terbangun

Bukan karena mimpi basah

Aku terbangun

Karena gemuruh kencangnya angin

Yang menyambar-nyambar pepohonan besar,

Lalu menerjang tendaku.





"Manis"


Dari pagi ke Pagi,

Sarapanku selalu kopi pahit

Akhirnya hari ini,

Aku bisa meminum kopi yang manis

Maaf sayang,

Aku mengatakan kopi ini manis

Walaupun tak sebahagia,

Melihat kamu yang manis




"Musim Semi"


Gemuruh angin musim semi

Masih tersisa sedikit aroma musim dingin

Dedaunan mulai tumbuh

Bunga-bunga mulai bermekaran

 

Kicauan burung menyambut bahagia kehangatan bumi

Kodok, bebek, angsa, tidak lagi bersuara kesakitan

Serangga musim panas pun mulai bermunculan

Dan matahari enggan untuk menenggelamkan diri

 

Manusia barat mulai tampak lebih baik

Bibir-bibirnya tak lagi membeku

Hati-hatinya tak lagi kaku

Sebagaian besar mahluk hidup, hidup.




"Beauvais"

 

Untuk sampai di kota bunga 

Entah sudah berapa kilometer roda sepeda ini berputar

Jalan yang tak banyak lika-likunya,

Namun banyak naik turun yang sangat melelahkan

 

Terkadang aku harus menyingkir

Untuk menghindari manusia-manusia bego

Lebih baik berjalan di pinggir

Daripada diserempet kendaraan bermesin yang ego

 

Kemarin malam aku berjanji

Tidak lagi memeluk gundik tak berkentut dimalam ini

Hasratku tak sabar melepas hidupku yang kelam

Aku siap menikmati aroma kentutmu sepanjang malam

 

Aku sudah tiba terlebih dahulu

Aku menunggumu dengan sepeda

Kau menyambangiku dengan kereta

Disini lah hati kita berlabuh



Sengkuni, Picardie, Juni 2012

 

Komentar

Tulis komentar baru

Materi isian ini bersifat rahasia dan tidak ditampilkan ke publik.


Terpopuler Hari Ini

Sebulan Terakhir

Terpopuler