Skip to Content

Belahan Jendela

Foto Chanif Ainun

Kalimat itu berjajar panjang, mondar-mandir berputar-putar gelisah di dalam satu belahan dari kaca jendela yang terbelah dua.

Sedangkan belahan kaca jendela lainnya itu kosong tak berpenghuni. Sesekali ia termangu, memandang Venus yang begitu mesranya berciuman dengan Bulan Sabit Muda di balik jendela. Seakan ingin seluruh penghuni bumi merasa iri melihat mereka.

Kalimat itu mendesis, meringkuk. "Menjengkelkan sekali mereka", gumamnya karena muak. Ia kembali berputar. Berulang kali ia coba bertransformasi, bahkan membelah diri, melahirkan anak-anak kalimat lain. Mungkin ia ingin itu mampu mengurai kesunyiannya. Tapi itu sia-sia saja. Dari gerak-geriknya yang gelisah, sepertinya ia ingin membangun dialog? Bodoh! Ia tidak paham kalau selamanya dialognya tidak akan terwujud. Bagaimana bisa terwujud bila kalimat penghuni belahan lain dari kaca jendela itu telah tiada? Anak-anak kalimat yang dilahirkanya pun hanya mengekor, membuntututinya dalam kegelisahan. Menjadi monolog panjang, berputar-putar, seperti tanpa ujung, dan gila. Hahaha. Aku melepaskan tawa terbahak-bahak melihat kalimat itu kerepotan meladeni anak-anaknya, yang tumbuh besar menjadi umpatan yang cukup membanggakan. Namun, tiba-tiba aku tergagap. Sial, tawaku bernasib seperti dia. Melengking sendiri, dikerubungi sepi.

Komentar

Tulis komentar baru

Materi isian ini bersifat rahasia dan tidak ditampilkan ke publik.


Terpopuler Hari Ini

Sebulan Terakhir

Terpopuler