Skip to Content

BERENANG DAN BERMAIN DI PANTAI

Foto Beni Guntarman
files/user/2512/BERENANG_DAN_BERMAIN_DI_PANTAI.jpg
BERENANG_DAN_BERMAIN_DI_PANTAI.jpg

Dulu, saat pagi merekah 
kulihat semburat cahaya merah jingga di ufuk timur
kudengar kutilang dan merba berkicau riang dari pohon ke pohon
burung gereja mencicit dan ke luar dari angin-angin rumah

berdengung suling panjang pada pukul 6 pagi
aku bergegas mandi, kemudian berjalan menuju ke sekolah
kutelusuri jalan hitam berlapis endapan minyak beku
kutatap pepohonan di sisi-sisi jalan, tinggi menjulang

kupandangi pepohon itu dari pangkal hingga ke puncaknya
lalu aku bercita-cita ingin menjadi seperti pohon tua itu
tumbuh tinggi menjulang di sisi sebuah jalan kehidupan
tegar berdiri menghadapi terpaan angin, hujan dan panas

siang hari seusai jam sekolah
ku habiskan jam-jam riang, bermain bersama teman-teman
memancing ikan di parit atau sawah, menjelajah hutan, 
bermain bola atau bermain layang-layang di tanah lapang

berdengung kembali suling panjang pukul 4 sore
aku telah siap mandi, dan duduk di tangga batu di depan rumah
kunanti angkong lewat, gerobak kayu yang ditarik seekor sapi
ketika terlihat aku bergegas mengejar dan ikut naik di atasnya

lelaku tua pengendara angkong itu selalu tersenyum, meski ia lelah
ia seorang petani, mata dan hatinya selalu menatap ke bumi
seakan-akan ia tengah mendengarkan suara halus detak jantung bumi
ia seorang pekerja keras dari matahari terbit hingga ke ujung senja

setiap hari ia merawat setiap jengkal bidang petak sawahnya
menanami tanah kering yang tersisa dengan jagung, ketela, dan pepaya
mengumpulkan rumput segar untuk makanan sapinya di malam hari
lalu aku bercita-cita ingin menjadi seperti laki-laki tua yang baik hati itu

mengenang masa lalu, membuka lembar waktu masa kanak-kanak
menelusurinya kembali lewat ingatan masa kecil yang terukir di hati
masa kanak-kanak, masa suka dan duka bercampur kental
merajut mimpi-mimpi tanpa awal dan akhir

aku melangkah ke masa kini
gerak waktu kehidupanku menempuh jalan panjang
ku singkap jendela hatiku, seakan bocah bermain di pantai
menghabiskan waktu-waktu berlalu bermain dengan ombak

merenung, mataku membentur gerak ombak pasang menepi
aku seakan seorang bocah menempuh masa lalu dan masa kini
mengayuhkan kaki dan tangan di laut, berenang menentang ombak
dan membiarkan ombak menghempaskan tubuhku ke pasir pantai

Komentar

Tulis komentar baru

Materi isian ini bersifat rahasia dan tidak ditampilkan ke publik.


Terpopuler Hari Ini

Sebulan Terakhir

Terpopuler