malam mengalir tenang
setenang awan melayang:
melintasi badai dingin kenangan.
walau tak bersama bulan
malam tetap mengalir, tenang
dalam kebisuan
sementara:
bulan yang menyendiri itu
duduk di atas pucuk-pucuk daun yang tidur pulas
di alas ranting-ranting musim kering. yang dingin
pada rotasi meditasi
pada hening, berpendar
menyusup hingga ke akar nalar, membadai
maka, kenanglah dia dengan wajar
(sebab dia itu hanya kenangan)
dia adalah badai sesaat, datang
pada senja tua, kemudian pergi
ya, pergi
pergi ke setiap daun pintu hati,
dan jendela yang terbuka
sampai kau menutupnya
lalu kau dapati dia duduk di depan perapian
di atas kursi waktu yang bergoyang – goyang
membaca buku tebal berdebu:
kemudian tertidur menopang dagu
maka kenanglah dia sewajarnya
sewajar alam melapukkan kayu
sewajar buku di tutup debu-debu
malam mengalir tenang
awan seperti buih-buih busa, berlarian
dan bulan yang menyendiri:
berenang di ujung-ujung malam
(depok/maret-2012)
Komentar
Tulis komentar baru