Bulan di Atas Pesantren
Bulan di atas pesantren
Sore yang kering dengan bismillah ku tinggalkanmu anakku, sayang…
Beterbangan angin membawa butiran debu
Menutup kaos kaki ungu yang berlobang di ujung jempol
Cerita ungu itu
Cintamu
Inginmu
Kegembiraanmu
Ungu kesukaanmu, anakku
Kelak menoreh pilu di sudut rumah yang ungu itu
Dan…kini kerinduanku
Dering telepon membuyarkan si ungu yang berdebu
Di pesantren “baru tahu perpisahan hidup lebih sakit”
Bahkan tak mampu teriakkan sakit
Debu bersahabat, ungu, suara parau di seberang
Memahat air mata melayang hati mata jiwa mengerang
Emak mertua keriput menyerang
Pembelaan atas sepi yang merentang
Pembalasan alam kini padaku terpasang
Kini bukanlah saat berperang
Bulan di atas pesantren
Anakku, kepalsuan yang kau lihat agar kau kuat
Anakku, kenelangsaan yang tak kau lihat agar ku kuat
Berjalanlah pada tujuan akhirat
Mengabaikan kefanaan yang laknat yang menggelincirkan hasrat
Menuaku dosaku
Jangan jadi bebanmu
Berjagalah dengan akidahmu
Kebenaran ilmu
Betahlah dalam derai cita
Kuatkan jiwa dalam doa
Sungguhpun mata tertutup hati terbuka di malam buta
Sedihku bukan apa
Sementara
Fana akan berganti dengan senyum sumringah saat ku tatap mata indah
Di empat puluh hari
Biar hanya bulan yang tahu
Berbalut debu di kaos kaki ungu
Pada resah derai air mata yang hina
Menangisi jiwa yang ingin menuju jannah Illahirobbi
Hanya sebuah rindu yang membiru padamu, anakku
Bulan di atas pesantren…
Dengan bismillah ku tinggalkan anakku, sayang
Dengan bismillah ku langkahkan pulang
Bismillah…anakku sayang
Mambaululum,130719
Lomba Puisi Nasional
Pemuda Pena Indonesia
Komentar
Tulis komentar baru