Skip to Content

Catatan-catatan Pemimpi

CATATAN PEMIMPI #1

 

aku masih tertidur,
”sudah lama”
kata orang dalam mimpi-mimpiku
”dan tak ada yang bisa memastikan akhirnya,”
jadi,
aku masih tertidur?

sebelum tidur aku baru saja mengumpat
kepada dirimu, yang biasanya mengumpat diriku
lantaran kamu bela diri
merapat tuan yang hampir merampas hidupmu
dan kini dalam mimpiku
kamu mengumpat kawan-kawan
yang masih tetap berjalan pada garisnya
kamu pandang sebagai kebodohan
dan tak mengikuti jaman

wah repot,
berarti tiada beda
antara mimpi
dan kenyataan

kapan aku bisa terbangun?
setidaknya, lebih bisa mengambil sikap

 

1 Juli 2009

 

CATATAN PEMIMPI #2

 

berita terbaca
saat angin lewat
hati tercekat
begitu cepat
telah berganti rupa

rasa belum lupa
aspal tergores luka
darah kaum muda
yang kena siksa
lantaran berani bicara

lagu-lagu:
“darah juang”
“rakyat bersatu”
”dibawah topi jerami”
akankah hanya kenangan
bahwa ”pernah”

hiruk pikuk lima tahunan
bagaikan pasar:
tawar-menawar
saling menjajakan

seandainya,
tetap bersatu
membangun Indonesia baru
apa yang akan terjadi?

 

3 Juli 2009

 

CATATAN PEMIMPI #3

 

mari bermain kata dan ngutak-ngatik angka
dibumbui ”sanepan”, bisakah kau tebak?
ini hebat, bila tepat, dari guwa pekuburan gunung keramat
ya, anggap saja mengenang porkas, sdsb, atau mencari buntutan

loh, jangan melotot begitu dong, kita cuma bermain
bukankah dirimu sendiri juga bermain-main

iya, iya, aku juga tahu ini penting demi bangsa dan negara
makanya aku pilih bermain kata dan ngutak-ngatik angka
sambil menikmati nasi di warung kucing, tambah tempe dan tahu goreng
sekaligus teh kental nan manis,
tak akan berdampak apa-apa kok, apalagi mengganggu permainan
wong, nantinya juga akan berpartisipasi, kok...

loh, harusnya aku yang protes dengan sampeyan loh...
sampeyan juga bermain kata dan ngutak-ngatik angka, toh?
lha, kalo sampeyan, kudu ati-ati
salah kata dan salah angka, berakibat kepada dua ratus juta jiwa
mangkanya, sampeyan harus bermain-main dengan serius
ini demi bangsa dan negara loh...
walah, kok aku sing dianggap bubrah.....

maaf, sampeyan memang wong pinter,
tapi lewih becik kalo sampeyan ngomong sing aku ngerti toh...
hm... sampeyan kok malah mencucu...!
wis-lah... aku arep lanjut turu.....

 

3 Juli 2009

 

CATATAN PEMIMPI #4


wahai, kegilaan demi kegilaan telah kita nikmati
disepanjang lorong kota bersama para kecoak dan tikus
dimabukkan ciu, conyang, ginseng,
yang teroplos mana suka hingga menggelepar,
tak peduli bau comberan dan pesing berpadu
mengendap dan mengintip ke dalam rok awan kelam
berimajinasi tentang kerlip bintang-bintang
dan menyetubuhi goyangan malam yang dahsyat

kita terbahak, rentangkan tangan di titik nol kota yang rapuh
pada waktu 00:00, dan bersenandung tentang hidup merdeka

 

CATATAN PEMIMPI #5

ketika air tiba-tiba surut, dan sungai menampakkan dasarnya
ikan-ikan menggelepar untuk kemudian terdiam
lantas, mengapa kita menjadi peragu untuk lanjutkan perjalanan?

 

 

4 Juli 2009

 

_____________________________________________________________________________________________________________

ODI SHALAHUDDIN, lahir di Jakarta 23 September 1969. Pernah kuliah di Fakultas Sastra UGM namun tidak selesai. Pada awal tahun 90-an aktif menulis cerpen. Puluhan cerpennya pernah dimuat di media nasional dan lokal. Lama tidak menulis, baru setahun terakhir belajar lagi untuk menulis. Tulisan-tulisnnya di posting di berbagai media online seperti Kompasiana, Baltyra, Mbahwo.com, Jendela Sastra, dan sebagainya.  Tulisannya kini sedang ditata di beberapa blog. Khusus untuk cerpen terhimpun di http://cerpencerpencerpen.wordpress.com  Kini tinggal di Yogyakarta bersama istri dan dua anaknya yang telah remaja.

_____________________________________________________________________________________________

Komentar

Foto One rora

PARA PEMIMPI YG TERINSPIRASI

PARA PEMIMPI YG TERINSPIRASI DALAM SITUASI KEHIDUPAN BUMI

Tulis komentar baru

Materi isian ini bersifat rahasia dan tidak ditampilkan ke publik.


Terpopuler Hari Ini

Sebulan Terakhir

Terpopuler