[Hurung – Adonara Barat, akhir Agustus 2017]
Deretan cemara berjejeran tengah bercengkeraman dengan Angin malam yang Genit
Dari kejuahan tampak samar diterangi sinar kerabunan bulan
Seperti membentuk benteng dibibir peraduan air dan daratan
Mengisyaratkan barisan rakyat yang bergandengan tangan
Demi mempertahankan kedaulatan bangsaNya
Ditengah Kikisan ombak ketamakan penguasa yang berjejalan
Malam semakin larut tak sedikipun kusadari
Aku seperti terlelap dalam iringan Instrumen alam
Tergambar dibatas mimpiKu
Sebuah peristiwa akan terjadi disini, dibumi pertiwiKu
Peperangan dengan Bangsa sendiri akan terjadi
Ketika AGAMA dengan sexi dijual demi kepentingan Politik
Ketika BUDAYA bangsa sendiri terisolir Zaman Modernisme
Ketika KORUPSI merajalela, namun HUKUM seakan menjadi Payung
Melindungi OKNUM – OKNUM yang menjarah RUMAHnya sendiri
Berita HOAX yang mengandung Ujaran – Ujaran Kebencian mengancam Stabilitas Bangsa
Memecah belah persatuan dan kesatuan Bangsa yang penuh dengan KEMAJEMUKAN
Menodai PANCASILA, KEBHINEKAAN dan NASIONALISME
BukanKah ketika Kita BERANI MENYEBARKAN KEBENCIAN dan KEJAHATAN
Kita juga mesti BERANI MENCINTAI ?????
Karena tidak ada satu manusia pun yang Lahir dengan mengantongi Kejahatan.
Lihat Disana Bangsa ini semacam Lahan Basah yang jadi Arena Perebutan
Antara perjuangan airmata kesucian melawan keserakahan
Yang dibalut MITOS PERTUMBUHAN EKONOMI dan PEMBANGUNAN
Namun ditengah MINIM SENSIVITAS hanya menyebarkan penderitaan rakyat jelata
Yang dengan KELUGUANnya Menunggu JANJI saat KAMPANYE DIALOGIS
Tampak bulan mengintip dengan tersipu Malu
Ketika Arakan Bintang2 melantunkan Syair – Syair permohonan kepada Tuhannya
Sedang suara perlawanan itu masih saja bergemuruh bagai Halilintar
Adakah Pelangi setelah JEDA GERIMIS BANDEL ???
Ahhh !!! Saya jadi kangen Sosok Perempuan Hebat
Sosok Hawa MERDEKA yang Akrab disapa Mba Nana itu
Semoga “Catatan tanpa Titik” akhir Episode Mata Nawja dengan Dalih Jeda Refleksi
Esok menemukan Langkah Baru.
Komentar
Tulis komentar baru