dengan jurus-jurus konyol, diadunya kabut dan bayang-bayang
musim dan cuaca pun mabuklah, formasi dan barisan kacau-balau
mana pendeta mana ksatria, semuanya saling tikam
lalu seolah langkah bunuh diri, dimasukinya perangkap demi perangkap
musuh-musuhnya saling menjeling, “kena kau!”, serunya dalam hati
tapi sim salabim
seribu jebakan terperangah, sekalian perangkap terkesiap
tapi terlambat, yang menjebak yang terperangkap
, hujan panah itu berbalik arah
lalu kemarin sore di televisi
selugu kancil dia kembali tampil
dibawah siraman lampu dan sorot kamera
dinyanyikannya kembali bait-bait yang mirip harapan itu
sekalian penonton pun kembali hanyut
catur itu kembali sunyi, sesaat
hingga esok
hari kembali pada detak-detak kecemasan
menerka-nerka, permainan konyol apa lagi yang tengah mereka mainkan
airmata apalagi yang akan mereka ciptakan
“200 jiwa lebih bernafas dalam cemas
masa depan sebuah bangsa dipertaruhkan”
catur mabuk catur gila
dalam permainan telikung menelikung ini
sesungguhnya siapakah yang masuk perangkap?
tak bisakah kalian luaskan pandangan
lihatlah, dalam permainan kalian yang konyol
hutang negara kian membengkak
tikus dan vampir terus berpesta
, tanah dan air terus dijarah
Batam, 19.02.2015
Komentar
Tulis komentar baru