diketinggian tak terbatas mungkin engkau mengejek
aku yang terseok menapaki tangga takdir kuasamu
terlalu banyak jalan bercabang dan semrawut kemelut
nafas terengah dalam udara yang penuh kabut dan debu menujumu
perjalanan sangat panjang sangat jauh meletihkan
terasa engkau mengelus ngelus pundakku
seperti berkata padaku jangan ragu tetaplah pada tekad semula
disini selalu ada jalan lempang dan pintu pintu rumah terbuka tapi
pakaianku dan jiwaku penuh najis berlepotan tai pollusi
sepertinya terasa aku bagian dari sampah itu sendiri
yang mesti harus didaur ulang oleh sebuah revolusi
sungguh tak pantas aku memasuki rumahmu yang bersih
yang telah disakralkan dalam kata ditanam dalam pikiran
bahwa cinta kasih bagai permata mustika tak ternilai
sedang sayapku patah akarku rapuh dihantam badai sebuah era
yang penuh pembenaran atas kebebasan dan hak asasi tampa batas
ditapal batas perjalanan umurku yang sudah mulai uzur
pemandangan masih indah dan aroma bunga segar masih harum
sungai lembah dan gunung padang lautan dan kota kota
yang ditata sejarah itu nyata bukan fatamorgana
air yang kureguk masih terasa segar disini disaat ini
makanan masih terasa enak lewat di tenggorokan
tapi mengapa aku tak puas jenuh dan mual pada situasi
aku gelisah ingin merangkuhmu dan tak mau melepasmu
engkau yang jauh dan tak kuasa kujengkau
dekatlah dekatlah agar engkau bisa kudekap
Komentar
Tulis komentar baru