minah dongakkan kepala, penuh optimisme dan semangat
bibir digincu tebal, bedak menempel bak cat tembok melekat
berangkat berbekal kain rajutan ibunya yang terhormat
tak lupa salam perpisahan keluarga terdekat
menghantar kepergiannya mengais rizki di negeri orang
satu bulan dua bulan...
tahun berganti tahun...
tiada kabar berita yang kunjung datang,
gelisah keluarga dan sanak kerabat, bukan karena nasibnya
tapi gelisah, karena si minah tak pernah berkirim duit
jangankan sepeser duit mampir di rumahnya yang reyot
secarik kertas suratpun tak pernah singgah
karena frustasi cari kerja kesana-kemari ditolak
suami main judi,sambil sesekali menenggak...
anak tak terurus, meski UUD 45 menjamin anak2 terlantar
sungguh keadilan, makin menjauh buat si minah..
betapa tidak?, terdengar kabar badannya gosong2 bekas disiksa
sudah disiksa diperkosa pula...
hancur hatiku mendengarnya...
adakah seruang kebahagiaan, buat orang2 semacam dia?
adakah sebongkah harapan, buat minah untuk menjadi manusia seutuhnya?
hanya tuhan yang tahu...,
bukan malaikat, atau pejabat,
bukan politikus atau wedhus...
sekali lagi..hanya tuhan yang tahu....
sanggupkah engkau membayangkan?
seseorang bisa hidup di seonggok sampah?
sanggupkah engkau membayangkan?
seseorang bisa hidup dari menengadah, dan ludah menerpa?
di negeri entah...seseorang bahkan ribuan hidup di bawah kaki2 durjana..
dunia semakin tua, manusia makin menggila, tunggulah saatnya...
Komentar
Tulis komentar baru