DI DEPAN RUMAH
Di depan rumah, aku terdiam membiarkan mobil penumpang pergi membelakangiku
Aku heran, ku rasa pak sopir salah alamat ketika menurunkanku
Padahal sudah kutuliskan alamat rumahku dan ku taruh di depan kemudinya.
Dia berkata bahwa ini alamat rumah yang aku tuliskan, tapi aku sendiri tidak bisa
Mengenali apakah rumah ini benar – benar rumahku apa tidak
Kubuka pintu pagar, kudengar ada suara anjing menggonggong di rumah sebelah.
Ku rasa ia mengendus orang asing yang akan masuk rumah. Barangkali rumah ini
Pernah kecurian dan aku disangka pencuri yang akan mencuri lagi di rumah ini.
Tidak ada yang istimewa di halaman rumah. Bahkan ayunan dan bunga yang
Dulu kutanam sudah tidak ada lagi. Tinggal embun dan sepi menatapku
Sebagai orang lain.
Apakah ini benar – benar rumahku?
Di salah satu jendela, ada lampu masih menyala dan gordennya terbuka. Kulihat ke dalam.
Ada seorang anak yang sedang disuapi ibunya. Kudengar sayup suara mereka
“Nak, cita – citamu mau jadi apa?”
“Mau jadi insinyur, bu!”.
“Hebat!” Ibunya tersenyum.
“Kalau ibu cita – citanya mau jadi apa?”
Tiba – tiba suasana hening. Angin dingin masuk ke tubuhku dan ventilasi jendela rumah itu.
“Ibu ingin menjadi rumah”
“Rumah? untuk siapa?”
“Untukmu”
Sekejap lampu ruangan itu padam dan mereka menghilang meninggalkan
Aku sendirian di balik kaca jendela
“Ibu, aku sudah sampai di rumah”
Sleman, 27 Januari 2017
Komentar
Tulis komentar baru