kita istirah sejenak di jantung Taegu musim dingin telah di ujung mata
seperti kesurupan aku berlari dalam rinai salju melayang seperti kapas
tertawa tak henti dalam kikik seperti dikilik kau tatap aku cemberut
telah jauh kita tinggalkan kampung dua musim di negeri selalu bergeliat
saneup kiseul yensoseng berat nian citra itu kita usung di jantung Taegu
aku berkelakar dan mencoba lupa makna pahlawan devisa sebab itu kias
kau dan juga aku serupa burung migrasi buruh yang menanak asin keringat
kita istirah sejenak di jantung Taegu musim dingin telah di ujung mata
kau berdiri dalam pesona melayu yang kental dan coba merapal hanggel
sedikit gengsi kau serapah keberadaan kita sorot matamu mendakwa
meminta keadilan atas perkara sengaja kita lakoni tanpa paksa sementara
di kampung nun jauh di negeri yang sedang bergeliat kita telah
mengangkat sumpah setia pada pasangan masing-masing alangkah kini
kita cipta jarak hati dan ingkar pada nurani sebotol soju tuntas isinya tereguk
musim dingin membuat kita bergairah mengail berahi dalam kunang mata
mabuk dosa seperti setan menggugat Tuhan hidup sepanjang umur dunia
Komentar
Tulis komentar baru