Skip to Content

Dibatas percakapan pukul empat sore

Foto nohan wijaya

Kita hamparkan waktu pada sayap-sayap burung,menerbangkan peristiwa yang sulit dan rumit. Ingatan membawa kita pada kutukan tanpa tawanan. Sementara obrolan masih penuh teka-teki dan senja masih asik berdandan, belepotan.

Dibawah lampu yang bisu, kau isyaratkan tubuhmu yang lelah, kau paksa mulutmu menenggak kopi yang pahit dan aku hanya mendapati ucapmu yang nglantur dan mimpimu yang susah tidur.

Dibatas percakapan sebelum malam

Kau merencanakan pernikahan yang megah, kau menyepakati saat pernikahan tiba, kau akan mengenakan gaun dan berjalan diatas karpet merah yang panjangnya hampir sama seperti panjang rambutku. Katamu kau sudah menemukan pria yang kau anggap ideal itu, katamu pria itu kekar, tinggi, tanpan, masadepan yang jelas, namun impoten. Layak kau takmau denganku, ternyata kau lebih ingin sex daripada beranak cucu.

Dibatas percakapan yang hampir habis, kau memesan kopi yang sama dan rasanya tidak karuan. Kau berjanji padaku, setelah kau bosan menikah dengan pria itu, kau janjikan aku dengan pesta pernikahan yang lain. Mengapa?

Katamu, kau takut tidak beranak cucu, katamu kau takut tidak bersedih dan katamu mencintai bukanlah soal, namun penuh tetapi.

Dan tetapi bagimu hanya perumpamaan, jika dan soal bukan perihal ideal ataupun sesal.

 

Jogja2017

 

 

Komentar

Tulis komentar baru

Materi isian ini bersifat rahasia dan tidak ditampilkan ke publik.


Terpopuler Hari Ini

Sebulan Terakhir

Terpopuler