Skip to Content

DUA KUTUB

Foto sunusijanjitojajale

ketika kaum ortodox tersudut
di ruang sempit era keterbukaan
tangan-tangan gurita
pemuja kemewahan benda-benda
menyumbat setiap celah
mengebiri teriakan menghujat
yang menyembul lewat atap tiris
dinding beton neolib
kitab-kitab suci pun dikesampingkan
ditempatkan di rak-rak sunyi berdebu
tapi kaum militan
yang berkeras seperti terumbu
tetap kukuh bertahan
ditengah amukan gelombang zaman
karena mati terkubur
bersama keyakinan
baginya jalan terbaik
hanya sayang sekali
sekali lagi sayang
dengan palu kau robohkan dinding itu
sia-sia karena hanya menggantang asap
dengan teriakan-teriakan menghasut
di mimbar-mimbar jalanan
percuma saja karena lawan-lawanmu mengejek
dengan bom molotov yang gaungnya kecil
tak berguna, hanya tanda kau masi ada
dengan demo-demo sporadis
hanya mendapat cemoh dan cercaan
dari oang-orang yang skeptis
dengan bunuh diri sekali pun
bisa jadi salah sasaran
dan kontra produktif
maka hanya dengan menyusup
masuk keotak para penguasa
yang membukakan mata hati yang bening
bisa membantu
atau barangkali ada niat
menumbangkan penguasa yang lalim
lalu membangun
kekaisaran maharaja
yang adil dan bijaksana
tapi apa mungkin mukjizat itu datang
karena dunia yang najis ini dimatamu
bagai pembuka gerbang kiamat
yang semakin dekat
sementara di kutub yang berbeda
kesejahteraan semakin nyata
dibangun dinikmati hanya sebahagian
orang-orang yang beruntung
yang dimatamu mereka adalah
orang-orang yang malang
yang kehilangan pegangan
haq dan bathil bagai dua sisi mata uang
dalam menempuh jalan hidup
tinggal menentukan sikap
bagi mereka, kamu tak lebih
dari semut yang bercerai berai
yang terbelah dari sekte-sekte
yang saling beda pendapat
sengaja dibuat
agar tetap tersudut
mana bisa semut-semut kecil itu
bisa merontokkan gajah raksasa
jangan lagi bermimpi jadi daud
mengalahkan goliat
jangan lagi berharap pandawa

bakal mengalahkan korawa
jangan juga menunggu burung-burung ababil
akan datang menghancurkan
kota-kota yang penuh maksiat
di zaman ini bersandar saja pada media
karena ia lebih kuasa merubah dunia
karena diktator sudah pada rontok
halifah-halifah sudah tak berkutik
kaisar dan sultan sudah terjerumus
kedalam kawah hedonisme
nikmat dunia
etalase-etalase, famlet dan baliho
lebih menyihir daripada
khotbah yang hambar tak menyentuh
lalu kongglomerat berwajah gelap itu
dari dalam istana megahnya
dengan sombong dan bersuara lantang
dunia dan seisinya bisa kubeli
dengan hartaku yang melimpah
apalagi semut-semut kecil itu
dengan mudahnya diperbudak
hanya dengan duit sedikit
tapi bisakah kau menunda gempa
dengan hartamu yang berlimpah
bisakah kau menahan tsuname dengan ilmumu yang tinggi
da membendung amarah gunung yang meletus
atau meredam badai tornado
dengan cucuran air mata penyesalan
bisakah kau menyuap tuhan
agar menunda kematian
seseorang yang paling kau sayangi
di tengah dunia
diantara dua kutub berseberangan
yang semakin gonjang ganjing
semakin edan dan jungkir balik
kita pun semua
sepertinya terpelanting
dari dacing keseimbangan
lalu tuhan yang kita cari
semakin menjauh
tak terjengkau
aku yang ditengah ini
mencari sesuatu yang hilang
selama ini
diantara arsip buku-buku tua
yang bertanya
masih adakah doa tersisa
untuk sebuah perdamaian abadi
bagi semua ummat manusia
rasanya-absurd-

Komentar

Tulis komentar baru

Materi isian ini bersifat rahasia dan tidak ditampilkan ke publik.


Terpopuler Hari Ini

Sebulan Terakhir

Terpopuler