masih tentang dunia maya
yang kita sepakat menyebutnya puisi
tadi sore, dosen kita menyajikannya penuh
aroma pada baki sarat makna
hingga terbangkit gairah kita untuk melahapnya
tak bersisa, habis tuntas dari kulit sampai belulangnya
apalagi yang perlu disantap?
padahal, segala kata telah masuk kehati
kedalam nurani
ya tunggu, masih tentang manifestasi imaji
yang kita mufakat menamainya puisi
tadi sore kau memamahnya tak bersisa
mataku pun jadi saksi mata
lalu kenapa, masih ada yang utuh di atas meja?
itu puisi siapa?
Komentar
Tulis komentar baru