Elegi Kerinduan
Menatap rembulan
Yang bergantung di kelam jagat raya
Wajahnya sendu berkerudung awan buram...
Sepintas kelelawar melintas,
Menepi di ujung temaram
Aroma kembang malam kian menggoda
Di bawa hembusan nafas alam
Menidurkan burung burung
Dan para kunang
Menatap rembulan
Di bawah sinaran gemintang
Yang berpancar warna suram
Menjadi sejuta kerinduan
Pada pesona kampung halaman
Serasa jiwa khabarkan kepadanya,
Aku yang tertegun di ujung rindu
Hingga riak gelombang berbisik
Pada hamparan pantai...pada pasir,
Pada ikan, pada batu, pada kumbang
Dan Pada perahu yang ditambatkan
Aku rindu...
Kepada nyanyiannya
Ketika lengkingan sang jantan
Memanggil fajar
Dan aku mengisi air kolam
Aku rindu...
Kepada doa doanya
Ketika gema adzan berkumandang
Menyongsong hari yang enggan berganti
Dan aku tenggelam,
Tenggelam dalam pujian kepadaMU
Aku rindu...
Pada butiran sejuk embun pagi
Yang selalu aku raih dalam genggaman tangan
Di padang hijau rerumputan
Dan aneka warna kembang liar
Yang bermekaran
Aku rindu...
Pada ocehan para nelayan
Samar samar dari kejauhan
Menghadang ombak dengan layar
Menyeruak kedamaian
Hingga ke dasar sanubari terdalam
Dan menghias pesona jingga matahari
Aku rindu...
Ketika petani pemikul jambu dan bengkoang
Berjajar ditepian jalan
Menghempaskan keresahan
Dengan keceriaan tentang nasib
Keringat dan dengus nafasnya
Menjadi satu dalam irama tongkat bambu
Memecah dingin pagi
Menjadi semangat membelah mimpi
Dan kini Aku menjadi rindu,
Karena peradapan telah berganti
Dan semua itu tak ada lagi
Musnah di telan buih gelombang kehidupan.
Rasull abidin, 3 april 2013
Jakarta.
Komentar
tak bosan dari awal hingga
tak bosan dari awal hingga usai sajak kubaca. indah
Tulis komentar baru