Fatamorgana
Angin …menghempas
Tersibaklah kelambu lusuh
Di balik jendela,
Masih ia tatap
Gerimis mata bocah bocah itu….
Tunggulah nak…
Tunggulah,
Selendang bidadari kian memudar,
Di ujung langit tampak kabut…
Laut membisu…
Namun gemeriak ombak
Samar samar di gulung sunyi…
Tunggulah…nak,
Masih ia menunggu…
Duduk di pinggir biduk biduk
Yang terbengkalai
Memandang….
Entah sampai kapan
Ia melempar pandang
Ke batas langit itu…
Sabarlah nak….
Tunggulah di sini,
Gemerlap hujan bintang
Membiarkan ia menengadah
Di balik kelambu….
Di bagian sisi jagat raya
Mengharap pancaran rembulan
Menyapanya…..
Pada kesunyian,
Dan kelopak kembang sepatu
Kian merekah….
Bersabarlah nak….
Menunggulah ia,
Selembar sajak tentang angsa…
Tentang kabut…
Tentang ibu…
Tentang pohon…
Tentang malam..
Dan tentang ia, telah menidurkannya
Membunuh keresahan
Membuka lipatan waktu
Yang terbuang
Larut dalam tarian mimpi…
Malam kian meninggi…
Wajah rembulan berselimut kabut
Pancarannya jatuh
Menembus kelambu…
Menjadi bayangan semua,
Ia telah terlelap
Berbantal butiran embun
Dan bayangan kelambu…
Kerinduan masih tergeletak
Di antara sajak sajaknya…
Menunggulah ia…
Walau hanya bayangan
Dalam fatamorgana…
Tentang riuh canda
Seorang ibu,
Jauh di negeri awan
Yang ia sendiri tak mengerti
Sampai kapan harus menunggu….
Rasull abidin, 17 jan 2013
Papanggo – Jakarta.
Komentar
I like it...
Selembar sajak tentang angsa…
Tentang kabut…
Tentang ibu…
Tentang pohon…
Tentang malam..
Dan tentang ia, telah menidurkannya
gemilur air berganti riak yang meraja,
Menangkap siul panggung tali layang,
Hingga tuu. sampai remaja.
Sama-sama bertanya dengan telanjang.
Maka biji pandang pun menyaksi,
sederhana . nikamat bersahaja .
Zymbolyz 1
indahnya goresanmu
sipppp....mas endrow
Tulis komentar baru