PUISI SEORANG BOCAH YANG LUGU DAN MANIS, 1
Di sebuah pesta keluarga
seorang bocah yang lugu dan manis
membacakan puisi karangannya sendiri.
"Tuhan", katanya, "adalah telinga yang peka"
Ayah ibunya serius mendengar
sembari menunggu bagian berikutnya,
sementara tamu undangan yang hadir
tampak menyalakan tanda terkejut
di kening mereka.
"Ia selalu mendengarkan cericit perut orang lapar
dan kecipak cita-cita anak-anak terlantar"
Ayah ibunya tersentak
tamu undangan semakin uek-uek
tak menyangka ada anak kecil
yang puitis kayak gitu.
"Di hadapan Tuhan," lanjut anak manis itu
sambil menyeka ingus di hidungnya,
"dua-duanya menjadi sajak doa yang merdu"
Ayah ibunya sumringah
sementara tamu undangan mendadak bisu,
tahu-tahu mereka keselak puisi
anak lugu dan manis itu.
PUISI SEORANG BOCAH YANG LUGU DAN MANIS, 2
Ayah ibuku mencintaiku
dengan sepasang sayap yang apik:
sayap kanan untuk menampung
semua rintik rinduku
sayap kiri untuk mengusir
setiap gemericik risauku
Pokoknya seseru itulah
ayah ibu selalu mencintaiku
dengan wkwkwkwk...
SURAT KANGEN UNTUK AYAH
Senja belum lekang, masih pukul empat petang
akhirnya aku berhasil pulang, yah
sebelum kita benar-benar berpisah.
Lama bepergian, akhirnya aku mengerti
hidup ini cuma mampir ngombe
dan bahwa aku harus pulang pada waktunya.
Kini aku benar-benar pulang, yah
tolonglah, peluklah segala kerisauanku
agar aku semakin mengerti
cara menanti keselamatan
di ketabahanmu.
Ingin sekali aku tahu, yah
apakah kau masih mau memberi bahu kirimu
sehabis aku menampung semua kangen di bahu kananmu?
Komentar
Tulis komentar baru