..sebab sesungguhnya kita hanyalah perahu kertas yang dilarung oleh nasib pada sungai waktu.
Entah kapan dan dimana, aku tahu aku akan karam sebelum mampu mencapai muaraku (yg saat ini kuharap adalah kamu)
Dan pelan-pelan aku harus menerima,
bahwa lebih banyak kemungkinan ini semua akan menjadi sebuah persinggahan dalam perjalananmu
Mungkin kamu benar, bahwa mungkin saja kita akan bertemu ketika kita sudah sama-sama keriput dan sangat renta
Ketika saat itu tiba, masihkah kita akan mengingat satu dan lainnya?
Masihkah kita bisa bernostalgia dengan bulan yang kita pandang bersama dari atas tanah yang berbeda?
Masihkah kita bisa mengingat kisah tiang listrik dan penjaga malam yang menemani kita bagi cerita?
dan masihkah kita bisa menenggak bergelas-gelas tawa diantara gigi-gigi ompong kita?
Entahlah,
Nanti pikir nanti, esok pikir esok
Yang jelas saat ini kau kusayang
dan selagi mampu, aku akan terus berjuang
Tuhanku baik hati,
bukan tak mungkin dia akan membawamu kemari
Laa haula walaa quwwata illa billah
Kun fayakun
Komentar
Tulis komentar baru