Skip to Content

Hari Yang Kedelapan

Foto Denni Meilizon

 

Asap yang membaur dengan jalan beton buah tangan anak-anakmu
Menusuk dinding angin setelah kipasan dedaun semak memberitahukan kepadamu
Kedatangan gemerincing kuda kencana yang ditunggangi Jibril
Memakai tudung putih bersayap pendar merah menyaga
Menyisakan bintik tanah liat sepanjang jalanan beton itu
Menggeliat surai kuda yang empat ekor penarik kereta
Dengan lengkingan belum pernah kau dengar
Semenjak hari kelak kau hitung sampai tujuh

Jalanan beton buah tangan anak-anakmu
Persis sama saja dengan sebaris bait dalam ayat-ayat suci
Ayat yang sama lurusnya tanpa ada kata menyimpang
Hingga setiap hari yang telah kau hitung sebanyak tujuh itu
Bukan jalan yang sesat dan bukan pula jalan yang zalim

Pada kedatangan Jibril dengan bintik tanah liat sepatu kuda
Engkau masih memimpikan untuk membangun rumah-rumah
Yang nanti kau minta kepadaku untuk mengatur dalam tata
Sepanjang jalanan beton sebagai pembatas dan tempat berpulang
dari tualang dunia lama
"Ambil saja setitik dari saripati tanah liat yang berjejak"
"Oleskan ke setiap sketsa rumah yang kuminta kau bangunkan"
"Rumah yang kau selesaikan selama tujuh hari saja sesuai nubuat
kitab suci"

Kau di bawah kepakan sayap Jibril yang kini tegak melangit di atas kencananya
Dan aku yang kini mengerjakan sketsa rumah mimpimu
Setelah memasukkan tanah liat yang kupungut dari sisa yang tertoreh di sepanjang jalanan beton hasil karya anak-anakmu
Pada pasal perjanjian kita aku ingin kau mengoreksi
Selagi Jibril masih di hadapan kita, supaya dia juga tahu
Bahwa hari yang tujuh dulu kau berikan padaku
Tidak akan bisa membuat rumah permintaanmu bisa ditegakkan
Maka dalam kesepakatan ini, di sini diantara lengking suara kuda
kencana Jibril
Aku meminta hari yang kedelapan
Dan Tuhan yang kita sembah tak perlu beristirahat
setiap akhir minggu.

2014

Komentar

Tulis komentar baru

Materi isian ini bersifat rahasia dan tidak ditampilkan ke publik.


Terpopuler Hari Ini

Sebulan Terakhir

Terpopuler