Skip to Content

Hidup Tragis, Mati Untuk Berjuang

Foto Steven Sitohang
files/user/3318/kejagung_semanggi_2010.jpg
kejagung_semanggi_2010.jpg

Moral.. Emosi..

Di atas aspal panas

Teriakan kejujuran di bawah terik surya

Tidak lebih panas dari kemarahan

yang hanguskan tubuh

karena Hukum Mati, HAM dimonopoli

 

Lihatlah.. Seorang ibu depan Istana megah itu

Para tjakrabirawa mengantisipasinya

Hai kau, manusia-binatang di dalam!!!

Apakah kalian sadar, rambut ibu tadi sudah berubah putih lambang kepolosan dan kejujuran..

 

Semangat kita ia butuhkan

Intelektual kita harus diarahkan

Melawan hewan politikus, para kapitalis

Tidak perhatikan para buruh telah memenuhi kantongnya dengan UANG!!!

. . . . . . . . . . . .

Sayang, gadis manis tercinta

tidak dalam kehidupan keras dan kejam

Kita, Mudah dan Idealis

Satu tujuan agar dinamis

terus berkorban

dengan tangan kiri

menjulang kearah awan

Beriring, menembus kebusukan hukum

kita adalah parlemen jalanan!

 

(16-8-2009)


"Judul puisi ini diambil dari satu kalimat dalam buku Catatan Seorang Demonstran, Soe Hok Gie"

Komentar

Tulis komentar baru

Materi isian ini bersifat rahasia dan tidak ditampilkan ke publik.


Terpopuler Hari Ini

Sebulan Terakhir

Terpopuler