Puisi : Darwin Badaruddin
HIKAYAT BULAN DAN PERAMPOK
mereka bertemu di tepi danau yang gelap
bulan beringsut mendekati dua pertiga malam
ketika malaikat baru saja usai menulis puisi di atas sajadah
perampok mengubur mimpinya
menjadi lelaki sejati
mereka bertemu di gelap yang paling senyap
perampok tengadah memaki bulan mendekati fajar
karena rindunya bertahun-tahun pada setiap purnama
telah menjadi selimut dari tidur tanpa mimpi
mereka bertemu di kaki gunung
berpelukan di balik belukar
mendesah dalam birahi yang teramat jalang
duhai,
inilah tangis bulan yang pertama
menyaksikan belukar dan langit telah terpercik darah:
perawannya telah direnggut
di antara dua sujud terakhir
dengan wajah merah jingga
perampok itu menghunus pedangnya
ia telah memenangkan pertarungan
melawan habil
ia telah menjadi lelaki
meski dari kutuk ibunya sendiri
yang pernah menyimpan bulan dalam rahimnya.
Polewali, 1 maret 2011
Komentar
Tulis komentar baru