Skip to Content

BUTIRAN DEBU

Foto Ahmad Nur Muzayyin

NYANYIAN SEORANG PEMUDA

Setelah lima tahun mengabdi dalam tapa

Pada hati renta

Sebab luka yang menganga

 

Kunyanyikan lagu sepanjang jalan

Bahkan sampai usia menjadi hilang

Tapi, reranting dan daun

Tak pernah selesai memaknainya

 

Dalam sajak

Aku belajar menata duri

Jika lanjut usia

Telah memaknai dengan semesta

 

 

Bondowoso, 25 Juli 2015

Ahmad Nur Muzayyin

 

KEHILANGAN

 

Semenjak itu

Tidak adatempat

Untuk mewadahi air mata

Kehilangan dibalik senyummu

 

Aku hanyadiam

Menyaksikanmu dalam lamunan

Tentang selusin senyum

Yang mengering terbawa musim

 

Saat ini masih kusimpan rasa

Di urutan senyummu

Tentang catatan

Aku dan dirimu

 

Bondowoso, 30 Juni 2015

Ahman Nur Muzayyin

 SUARA SANG FAJAR

 

Fajar masih berlayar

Menebar pukatnya di ranting-ranting pohon

Melambai bersama burung seriti

Yang melintas di simpang-simpang nyiur

Anginpun berdendang lagu semesta

Berirama seruling kelembutan

 

Kusapa pagi dengan celurit

Yang berkalung rumput dipadang gersang

 

Aku yakin

Jika fajar masih jauh dengan senja

Lusa atau selanjutnya

Akan kukawinkan setangkai fajar

Dan daun-daun senja itu

Menjadi rembulan yang purnama

 

 

Bondowoso, 28 Juli 2015

Ahmad Nur Muzayyin

 15 HARI

 

Hanya lima belas hari kuhitung usia

Sampai akhirnya kau redakan senyum

Diantara retak-retak rembulan

 

Sebentar saja yang terukir

Hanya sekelebat bayang senja

Membusuk dalam jiwa

 

Kutangisi dia dalam rindu

Ingin sekali kusapa

Meski dalam akhir pekan

 

Lima belas hari menebar senyum

Kulayani kau yang lebih-lebih

Meski wajahmu tak sesunyi air ditelaga

 

Tapi,

Kusadarkan diri

Tak selamanya hari berduri

 

 

Bondowoso, 30 Juni 2015

Ahmad Nur Muzayyin

 EJADIAN SEMU

 

Sekejab bayang menyapa

Dalam lamunan asa

Di tepi sila maghribku

 

Dibalik gaun putih yang kau kenakan

Terselip keindahan

Sampai-sampai tak percaya

Dengan surga yang tak dirindukan

 

 

Bondowoso, 11 Agustus 2015

Ahmad Nur Muzayyin

 MENANTI HADIRMU

 

Gemuruh itu terdengar lirih

Kemana lagi hujan akan pergi ?

Sejenak menggoda bumi yang gerah

Hingga larut

Malam menyapa

 

Ya !

Setitik luka tak kurasa

Meski melebur dalam jiwa

Di tepi lamunan asa

 

Biarlah !

Walaupun yang tersisa hanya luka

Kutunggu hadirmu

Walau masih resah

 

 

Bondowoso, 24 Agustus 2015

Ahmad Nur Muzayyin

 SELAMAT ULANG TAHUN HUBBY

 

Selamat ulang tahun Hubby

Sepatah kata di pelipis do’a

Mengetuk senja melukis air mata

 

Aku lupa mencari tau

Tentang sejumlah resah

Setelah hilang dari peradaban

 

Hidup adalah pilhan

Dari ribuan gugus gemintang

Berharap menjadi alamat kebenaran

 

Selamat ulang tahun Hubby

Meski aku lupa tentang harimu

Aku berharap nyata

Dari penantian lama

 

Selamat ulang tahun Hubby

Kepada rerimbun daun-daun

Semoga tidak ada benalu

Karna hanya pertemuan semu

 

Selamat ulang tahun Hubby

Belum habis waktu mengingatmu

Hendak kukemanakan alur cerita

Yang sempat terbesit dalam tawa

 

Hingga hari ini

Kuanyam senyummu

Meski wajahmu sepi

Katamu yang sunyi

Telah kujadikan hamparan permadani

 

Aku sebatas jiwamu yang resah

Tak sempat bersua di perbatasan kota

Meskipun ia

Dengan cara ini akan mengerti

Kalau rinduku berjamur dibalik duri

 

“Selamat ulang tahun kami ucapkan

  Selamat panjang umur kami doakan

  Selamat sejahtera dan bahagia

  Selamat hidup baru istri sholeha”

 

Selamat ulang tahun Hubby

Senandung rindu

Menantimu

Untuk sekedar menghilangkan resah

 

 

Sukorejo, 01 September 2015

Ahmad Nur Muzayyin

 ADA APA

 

Ada apa kau merayuku

Rasanya aku terlalu rimbun untuk kau pijaki

Aku terlalu buta untuk kau tangisi

 

Ada apa dengan langit biru

Yang tiba-tiba menerkamku

Sesak dan sakit berkumandang

 

Ada apa denganku

Sudah kubilang jangan

Malah kau datang

Membawa sekarung kenangan

 

 

Sukorejo, 03 September 2015

Ahmad Nur Muzayyin

 SREEET

 

Sreeet......

Sreeeeeettt.....

Sreeeeeeeeeeettt......

Mengundang resah pada coretan pena

Mengingat sapamu

Aku menderita

 

 

Sukorejo, 02 September 2015

Ahmad Nur Muzayyin

 TUR, KENAPA HARUS BENALU

 

Tur, Kenapa harus benalu

Yang kau tanam dipadang tandus

Jika masih ada lumpur suci

 

Aku menunggu kabar dilorong sepi

Membawa seonggok purnama

Barangkali kau sukai

 

Tur, Kenapa harus benalau

Jika masih ada rindu

Yang tertanam dalam rumah batinmu

 

Aku terlalu berharap padamu

Hingga jiwa bergemuruh rindu

 

Kini,

Jangan kau kuras air mata

Dan membuang senyum

Setelah lama kita bersua

 

Semoga saja maafku tiba

Walau hadirnya adalah luka

Atau pantas dicaci hina

 

 

Sukorejo, 02 September 2015

Ahmad Nur Muzayyin

 MAAF, KULUKIS GERHANA DIMATAMU

 

Tiba-tiba

Bayangmu menyapa malam

Teringat sepijak pertemuan

Menjadi semu

 

Tiada maksud kupahat derita

Dalam jiwamu yang lugu

 

Biarlah kuangkat namamu dalam sejarah

Sebelum fajar menepi dipelipis senja

 

Maafkanlah

Jika selama ini

Melukis gerhana

 

Namun,

Jiwamu yang resah

Berdarah daging dalam tubuhku

 

Maafkan aku !

 

 

Sukorejo, 03 September 2015

Ahmad Nur Muzayyin

 AIR MATA, SIAPA YANG SALAH ?

 

Dalam resah seperti ini, siapa yang salah ?

Aku, kamu, dia, atau mereka ?

Aku menyimak luka

Membabat belantara

Agar hati terbiasa

 

Berapa kali air mata menginjak masa

Ronta

Bergemuruh badai

 

Terima kasih

Kau telah sudi caci maki

Ketika air mata tertahan oleh benci

 

Namun,

Kubasuh luka

Membimbing senyum

Seperti sedia kala

 

 

Sukorejo, 05 September 2015

Ahmad Nur Muzayyin

 BUKAN SEBATAS PENANTIAN

 

Wajahmu layu hari ini

Membawa sekarung mimpi

Kau taburi dalam sepi

 

Sudah kusapa

Dengan rintik-rintik suara resah

Memohon

Meski luka telah berdarah


Entah,

Diantara mereka

Masihkah membawa surga

Bukan mimpi keji

Untuk meluapkan janji

 

Aku menunggu jawaban

Bukan sekedar penantian

Walau dirimu

Tak lagi senyum istriku

 

 

Sukorejo, 07 September 2015

Ahmad Nur Muzayyin

MASIH KUSIMPAN HARIMU

 

Entah bagaimana caraku berbahasa ?

Menjemput senyummu yang gerhana

Menata bayangmu yang maya

 

Saat ini hati masih bergemuruh rindu

Mengajakmu dalam lamunan

Meski hujan tak pernah berbicara

Tentang harimu yang semu

 

Sudahlah,

Telah kusiapkan ribuan sajak

Demi senyummu yang bijak

 

 

Sukorejo, 10 September 2015

Ahmad Nur Muzayyin

MALAMKU AIR MATA

 

Malam ini

Gerimis mengundangku

Saat resah

Khawatir akan jiwamu

 

Ah,

Cukup sudah

Malamku air mata

 

Biarlah senyum gugur mengangkasa

Di hadapanmu

Aku sengaja membuang sapa

 

 

Sukorejo, 10 September 2015

Ahmad Nur Muzayyin

AKU MASIH HAFAL NYANYIAN ITU

Aku masih hafal nyanyian itu

Sengaja didendangkan dalam tidurku

Menghilangkan resah

Saat malam menyapa

 

Aku masih ingat nyanyian itu

Tentang sejarah kelam

Yang membawa sepucuk kenangan

 

Aku masih hafal

Aku masih ingat

Biar kusemai saja cerita

Dalam buku harian duka

 

Terimakasih atas segala do’a

Meski berlimbah air mata

 

Mungkin

Disini aku hanya sampah

Dan menyimpan luka diatas cakrawala

 

 

Sukorejo, 10 September 2015

Ahmad Nur Muzayyin

 

KERUDUNG BIRU

 

 Kerudung biru di simpang jalan

Ternyata, pernah hadir dalam mimpi

Dengan sangat baik

Kerudung itu tertata rapi

Lantas, bagaimana denganku ?

Masih debukah dimatamu ?

Kurasa begitu

 

Sekarang

Mendekatlah

Kesini

Di hadapanku

Dan bawakan aku khuldi

Sebagai bekal perjalanan nanti

 

 

Sukorejo, 11 September 2015

Ahmad Nur Muzayyin

 SAMPAI JUMPA JIWA AIR MATA

 

Selama ini

Apakah yang sebenarnya dirasa ?

Cinta ?

Rindu ?

Benci ?

Katakan saja dengan lirih

Aku menunggu jiwamu lelah

Meski hanya guguran puisi

Tak jinak juga rindu di halaman jiwa

 

Denganmu

Bersamamu

Sapaku layu

 

 

Sukorejo, 12 September 2015

Ahmad Nur Muzayyin

 ADUH

 

Aduh ......

Pisau-pisau menggali perigi dalam dadaku

Aduh ......

Tubuh ini

Panas dingin

 

 

Sukorejo, 13 September 2015

Ahmad Nur Muzayyin

 

HATI

 

Apa yang kau rasa

Aku juga

Apa yang kau miliki

aku punya

Apa yang kau khendaki

Aku turuti

 

Di laut

Di darat

Di langit

Ada sengat yang menyengit

Menghisap nadiku

Tanpa mengucap pamit

 

 

Sukorejo, 14 September 2015

Ahmad Nur Muzayyin

  KERUDUNG BIRU II

 

Kerudung biru

Itukah kamu

Menari-nari sambil mencaci

 

Kerudung biru

Lihatlah ?

Kedalam rimba-rimba hatiku

Kemudian telusuri

Jangan lupa

Mengeja sepetak luka dalam jiwa

 

 

Sukorejo, 14 September 2015

Ahmad Nur Muzayyin

 

HUJAN DIMATAKU

 

Hujan dimataku tak lagi menderas

Tak seperti hari-hari lalu

Yang sempat menjadi debu

 

Hujan dimataku tak lagi menderas

Mendengar kabar

Kau telah tiada

Bersama kumbang yang sengaja melamarmu

 

Hujan dimataku

Diamlah

Dan cari penggantinya

 

 

Sukorejo, 14 September 2015

Ahmad Nur Muzayyin

 SAJAK SEPI

 

........................................................

........................................................

........................................................

Itukah harimu

 

-----------------------------------------

-----------------------------------------

-----------------------------------------

Inilah kerinduanku

Sepi tanpa jiwamu

 

 

Sukorejo, 14 September 2015

Ahmad Nur Muzayyin

 SUARA

 

Suara

Yang kau tanam dalam telinga

Telah berbunga menjadi rasa

 

Rasa kata ingin berjumpa

Terlintas di alam fikir penuh tanda tanya

 

Lantas, bagaimana jika ingin bersua ?

Oleh suara sekali dalam sejarah

 

Jiwa ini renta

Disapu angin kelana seketika

 

 

Sukorejo, 15 September 2015

Ahmad Nur Muzayyin

 

 KELINCI BERDASI

 

Aku bertemu lembah yang begitu curam

Melintas diantara reranting daun

Dan berteduh dibawah kaki rembulan

 

Oh, sungguh terjal hatiku

Melintasi batu-batu

Oh, parasnya jiwaku

Yang tak akan luluh oleh waktu

 

Aku menuntut akan rindumu

Yang telah layu dan berdebu

Namun,

Semenjak kau terjemahkan

Kedalam ruhku

Harimu kian semu

Dan tertutup awan

Hingga petangpun datang

 

Aku merasa

Sekor kelinci berdasi lunasi hari

Menatap tajam dikejauhan

Sementara senyummu kutinggalkan

 

 

Sukorejo, 26 September 2015

Ahmad Nur Muzayyin

 SAUDARA MUDA YANG GELISAH

 

Saudara muda yang gelisah

Melintas dalam udara yang gerah

Wajahnya nyaris saja tak berdaya

 

Disekitarmu

Meronta perjalanan hidup

Sesekali hinggap

Walau berdahak gugup

 

Saudara muda yang gelisah

Nyaris saja jiwamu terinjak

Oleh alam yang membeludak

 

Namun,

Masih saja terkobar api semangat di wajahmu

Ketika engkau terjatuh

Dalam terjal batu-batu

 

Semoga saja mimpi yang kau terima

Menjadi nyata

Di sebrang sana

 

 

Sukorejo, 01 Oktober 2015

Ahmad Nur Muzayyin

 
 

SEBATAS APA

 

Sebatas apa aku di jiwamu

Hujankah ?

Debukah ?

Rindukah ?

 

Dengan siapa kulukis luka

Jika sumpah hanya di bibir saja

Dengan siapa ku tukar rasa

Jika senyum masih berbunga

 

 

Sukorejo, 02 Oktober 2015

Ahmad Nur Muzayyin

 

BUTIRAN DEBU

 

Kutunggu catatan harimu

Entah dalam resah dan gundah

Nanah atau darah

Kukunyah mentah-mentah

 

Kutunggu harimu

Meski sejauh ini

Dirasa tak ada

Semoga saja catatan duka

Membekas dalam irama

 

 

Sukorejo, 03 Oktober 2015

Ahmad Nur Muzayyin

 

TIBA-TIBA KAU MEMANGGILKU RINDU

 

Saudara

Aku masih tak mengerti dengan sifat buasmu

Yang tiba-tiba ranum waktu itu

 

Coba jelaskan

Bagaimana kauubah debu jadi batu ?

Tiba-tiba saja kau memanggilku

Sambil menebar rasa

Dan melempar purnama

 

Aku masih seperti lalu

Sepi

Sendiri

 

Jika kau bertanya

“Kemana lima kebun yang kau tanam bebunga ?

Layu atau mati ?”

Ku jawab

“Dia ada, dan tak ada”

Itu saja

Sebab perjalanan

Telah menunggu

Di halaman belakang

 

 

Sukorejo, 06 Oktober 2015

Ahmad Nur Muzayyin

 

01 OKTOBER

 

01 Oktober

Kau letakkan sejarah kelam

Lantaran perlu kepastian

Bukan penantian

 

01 Oktober

Sebuah petuah mengabdi dalam nurani

Menemani jalan di lorong sepi

Meminta petunjuk kepada sang Maha Kasih

 

Disini

Kabar hampir kelam

Satu ayatpun belum datang

Memangkas gersang dalam benakku

 

Biarlah sejarah mencatat semua rasa

Yang telah lama beku dalam jiwa

 

 

Sukorejo, 08 Oktober 2015

Ahmad Nur Muzayyin

 

SEPUCUK SURAT TELAH TIBA
TEMANI HATI YANG TAK AKAN IBA

 

Telah kusemai rasa

Bahkan sampai mengangkat sumpah

 

 

Sukorejo, 09 Oktober  2015

Ahmad Nur Muzayyin

 

EMBUN PAGI

 

Embun masih membasah

Di pekarangan rumah-rumah

 

 

Sukorejo, 16 Januari 2016

Ahmad Nur Muzayyin

 

RUANG HAMPA

 

Malam rebah

Diruang hampa

Mengundang resah

Hingga gerimis di mataku tiba

 

Sukorejo, 16 Januari 2016

Ahmad Nur Muzayyin

 

SEMALAM

 

Semalam

Kantukku tiba-tiba mereda

Setelah menelusiri lorong-lorong

Dan menembus remang-remang cahaya

 

Mataku bulat lebar

Senyumku masih berbunga

Dan tak akan layu untuk menyapa

 

Semalam

Masih terdengar sayup-sayup ditelinga

Suara dzikir berseloka

Melintasi cahaya malam

Dengan ribuan gugus gemintang

 

Semalam

Janjiku kepada Tuhan

Telah terselesaikan

 

 

Sukorejo, 27 November 2015

Ahmad Nur Muzayyi

 ADA RESAH DALAM JIWA

 

Setelah mendung menutup wajah kita

Apalagi yang bisa kita lakukan?

 

Surat itu

Mengantar resah

Untuk sekedar mewakili jiwa

Tidak lebih

Hanya sekedar kata hina

 

 

Sukorejo, 19 Desember 2015

Ahmad Nur Muzayyin

 
 

HUJAN

 

Awan-awan kabur kebingungan

Sebentar lagi hujan datang

 

 

Sukorejo, 28 Desember 2015

Ahmad Nur Muzayyin

 KABAR HUJAN

 

Kabar hujan hampir kelam

Mengundang rasa

Yang tiba-tiba buta

 

Adakala kabut melintas di kepala

Menutup indah cakrawala

 

Karna hujan yang menderas lewat

Akan segera mereda

 

 

Sukorejo, 28 Desember 2015

Ahmad Nur Muzayyin

 ADUHAI CINTA

 

Aduhai cinta

Sepetak senyum bermuara

Dan bermusim dibalik jeruji

 

Aduhai cinta

Senandung irama mengundang resah

Saat hendak bersua di perbatasan kota

 

Bulan kini telah mengangkasa

Tertutup lembut awan kumulus

Hingga petang

Dan bingung mencari alamat pulang

 

Aduhai cinta

Cerita yang tertuang dalam pena

Telah berbicara pada dunia

 

 

Sukorejo, 21 November 2015

Ahmad Nur Muzayyin

 

PURNAMA MASIH BISU

 

Belum sepenuhnya utuh

Kujamah jiwamu yang lugu

Tidak setengah

Seperempat

Atau separuh

Karna purnama masih bisu

 

Terlalu jauh aku mengeja

Sampai lupa terhadap lagu semesta

 

Tapi sayang !

Belum bisa membagi duka

Atau bahagia

Sebab, luka kita

Masih menganga

 

Bersabarlah rindu

Jika nanti Tuhan mengabulkan kita satu

Izinkan aku menjadi purnama jiwamu

 

 

Sukorejo, 23 November 2015

Ahmad Nur Muzayyin

 

 HARAPAN

 

Aku telah siapkan semua

Tentang lamaran malam

Tentang sekarung harapan

Yang sempat meniduriku di kasur hati

 

Sudah kuduga,

Mimpiku semalam

Adalah resah yang membentur dalam tebing doa

Atau badai yang meronta dalam jiwa

 

Semua itu

Sulit kumaknai

Karna ia terlalu deras

Menghanyutkan jiwa

 

 

Sukorejo, 26 Desember 2015

Ahmad Nur Muzayyin

 

SEKEDAR BERTANYA

 

Bulan menatapku sepi

Saat gelap

Berselimut mayat

Berharap engkau berkenan

Menjadi alas tidurku

 

Disinilah,

Aku purnama yang jauh dari malam

Selain engkau

Adakah kiranya yang mampu

Membuat jarak sejengkal dalam pengertian

 

Sekiranya ada

Aku terima

Sekedar menikam resah

 

 

Sukorejo, 05 Januari 2016

Ahmad Nur Muzayyin

 PERTEMUAN SEDERHANA

 

Pertemuan sederhana

Melambai sejuta salam

Yang larut diterpa angan

 

Aku yang merindu

Tak sempat bertamu

Walau sebatas sapa

 

Kini,

Benalu telah menyayat hatiku

Nyaris tak berdaya

Berbaring dengan derita

 

Akupun berjalan seorang diri

Seperti budak mimpi

Yang terus mengkaji

 

Aku gila

Ditikam senyum yang purnama

Bagiku, jarak bukan halangan

Melainkan keadaan

Menjadi bangkai kebiasaan

 

Semoga saja

Daun takkan lagi gugur oleh topan

Yang membuat kita patuh pada kenyataan

 

 

Sukorejo, 06Februari 2016

Ahmad Nur Muzayyin

NAMAMU HANYA KABAR ANGIN

 

Namamu hanya kabar angin

Yang berdendang lagu semesta

Syair-syair mengiringi

Senyum yang melintas mualai terbitnya hari

 

Aku adalah pilihan

Yang selalu terbuang kebelantara

 

Aku terus mengharapkan dari waktu yang tersisa

Sebelum terlepas dari semua kenangan

 

Ah !

Namamu hanya kabar angan

 

 

Sukorejo, 07 Februari 2016

Ahmad Nur Muzayyin

 

HAMPIR TIADA

 

Bayangan tentangmu

Sudah mulai suram

Nyaris tak terlihat

 

Jika nanti namamu adalah bangkai

Aku harap ada pengganti

Untuk sekedar menulis kesendirianku malam ini

 

Aku tau

Semua itu adalah rasa

Jika terlalu jauh mengeja

Aku takut luka terus menganga

 

Maafkan aku

Jika hari esok

Engkau layu dihatiku

 

 

Sukorejo, 24 Februari 2016

Ahmad Nur Muzayyin

 CERITA DIPAGI HARI

 

Matahari mengedipkan matanya

Bersama cericit burung

Memperdendangkan sebuah simfoni

 

Cahayanya merobek kesunyian pagi

Ia tersenyum manis

Sampai wajahku menghangat dibuatnya

 

Aku terbangun dari tidur-tidur ayam

Dan samar-samar

Aku melihat seorang lelaki muda

Menyanyikan lagu semesta

 

Ah !

Rasa bosan menjalari tubuhku

Aku hanya berdiri canggung

Seperti sebongkah gunung

Tidak melakukan apa-apa

Hanya melihat

Lelaki itu tertawa

 

 

Sukorejo, 28 Februari 2016

Ahmad Nur Muzayyin

 

 KABAR HAMPIR PETANG

 

Hari lengkap malam

Di tepi sila maghribku

Kau nyaris membunuh

 

 

Sukorejo, 06 Maret 2016

Ahmad Nur Muzayyin

 

 

DIBALIK DINDING BERLAPIS BAJA

(Saat Didalam Sel Penjara)

 

Dibalik dinding berlapis baja

Terkulai lemas tubuhku

Menahan rasa malu

 

Aku hanya menatap dinding hitam

Di sekitarku

Daun-daun yang baru saja gugur

 

Dimanakah aku berada

Dibalik dinding berlapis baja

Jiwaku berdarah

Tanpa luka

 

Dimanakah aku berada

Dibalik dinding berlapis baja

Aku terpenjara

 

 

Sukorejo, 07 Maret 2016

Ahmad Nur Muzayyin

 

 

JIKA NANTI TAK KEMBALI

KABARKAN KAU TLAH MATI

 

Tiba-tiba hujan mereda

Selamanya engkau tiada

 

 

Sukorejo, 09 Maret 2016

Ahmad Nur Muzayyin

 

INGINKU

 

Jika kau pulang

Bawakan belati

Dan bunuhlah, sayang

 

 

Sukorejo, 10 Maret 2016

Ahmad Nur Muzayyin

 

 

AL, RASA INI NYARIS TAK TERLIHAT

 

Al, sudah mengakar caci maki dalam diri

Puji-pujian sudah tak asing lagi

Setelah kau bakar hidup jiwaku

 

Apakah kau tak meresahkan

Jika kukunyah aspal

Dan meneguk comberan

 

Al, daud yang sudah berkarat

Nyaris tak terlihat

 

Rumput-rumput basah

Dijilat hujan malam ini

 

Duh pujaanku

Aku terguyung hujan dibawah langit murung

 

Duh pujaanku

Jangan kau palingkan wajahmu

Tataplah kemari

Amati

Aku berjalan seorang diri

Dengan nasib yang dipilih

 

 

Sukorejo, 21 Maret 2016

Ahmad Nur Muzayyin

 

PASRAH

 

Ku asah rimba belantara

Dengan lidah yang basah

Setelah keramaian melepas sunyi yang sederhana

 

Lihatlah dengan seksama

Segala yang pernah datang

Pergi entah kapan bersua

 

Akupun pasrah dengan keadaan

Meski kemarau merentang panjang

 

 

Sukorejo, 29 Maret 2016

Ahmad Nur Muzayyin

 

PENANTIAN TERAKHIR

 

Akan kukemasi sejuta khayal tentangmu

Kemudian kukuburkan kelembah-lembah gelap

Agar air mata yang tergenang

Mengantarmu kelubuk perdamaian

 

Sepertinya jarak menjadi pucat diantara kita

Setelah kau gores kemarau

Dalam lukisan pertama

 

Aku belum sampai menuang segelas keharusan

Yang bertapa di lubang penantian

 

Apakah semua akan berakhir ?

Cerita yang sempat kita ukir bersama

Di atas batu-batu

 

Kasihku, kapan engkau kan faham ?

Bahwa selaksa mimpi yang terangkai

Tersimpan pada daun yang menjuntai

 

 

Sukorejo, 29 Maret 2016

Ahmad Nur Muzayyin

 

 

BIARKAN SAJA

 

Biarkan saja aku sendiri

Menikmati hidangan luka

 

Biarkan malam ini aku terpenjara

Karna selimut kecilnya tersapu angkasa

 

Biarkan saja luka

 

 

Sukorejo, 05 Mei2016

Ahmad Nur Muzayyin

 

TAKBIR

 

Allahu Akbar

Allahu Akbar

Allahu Akbar

Walillahilhamd

 

Gema takbir menyelimuti semesta raya

Mengagungkan Nama Kebesaran Tuhan

 

Allahu Akbar Walillahilhamd

Doaku pada Tuhan

 

 

Sukorejo, 12 September 2016

Ahmad Nur Muzayyin

 

 LUPAKAN SAJA

 

Akan aku ingat ucapan waktu itu

Yang kau siram dalam dadaku

 

Dan kini

Lupakanlah nama yang kita rajut bersama

Karnanya

Kita menderita

 

Sebutlah namaku

Dengan panggilan yang sering orang katakan

Dan akan aku panggil namamu

Dengan panggilan yang sering orang katakan pula

 

 

Sukorejo, 13 September 2016

Ahmad Nur Muzayyin

 

CERITAKU

 

Telah kau remas jantungku

Menikmati hidangan luka

Yang sebenarnya bukan diinginkan

 

Hari ini

Terlalu banyak catatan yang berserakan

Kesana kemari terkurung nasib

 

Inilah jalan

Tempat kita bertamasya dulu

Banyak kisah

Tentang senyum sederhana

 

Hingga suatu hari

Aku menatap beradu pandang

Itupun penuh keasingan

 

Kini,

Larut sudah khayalanku bersamamu

ku nikmati diri sebagai gerhana

yang tak enak dipandang mata

 

inilah luka

yang seharusnya kukunyah mentah

bukan malah dibuang sia-sia

 

 

Sukorejo, 18 September 2016

Ahmad Nur Muzayyin

 

PELITA MAHSYAR

 

“Alhamdulillah berkat rahmat Allah SWT.

Kami bisa bersatu, mengadakan acara pelita mahsyar

Sebagai guna membangun karakter syari’ah untuk kemajuan bangsa”

 

Itulah yang disampaikan

Dalam kesibukan berlalu-lalang

Menyelimuti malam

 

Di sekitarku

Orang-orang berbaris rapi

Baju putih lengan panjang

Dasi yang dikalungkan

Celana gelap

Serta kopyah Nasional

Sudah menjadi kewajiban yang diterapkan

 

Pelita mahsyar

Acara yang tersebar

 

 

Sukorejo, 26 Oktober 2016

Ahmad Nur Muzayyin

 

NYANYIAN SANDAL KAYU

 

Ku ukir di atasmu

Tentang nama-nama

Tentang alamat rumah

 

Kiri dan kanan

Betapa saya terpesona begitu indah

 

Nyanyian sandal kayu

Merobek kesunyian malam

Di sepanjang jalan

 

Kini,

Nyanyian itu tinggal kenangan

Karna sandalku hilang diambil orang

 

 

Sukorejo, 02 Nopember 2016

Ahmad Nur Muzayyin

     

BATU DAN RUMPUT ILALANG

 

Batu dan rumput ilalang

Sejarah yang akan dikenang sepanjang zaman

Lorong yang dilewati sekalipun

Masih sama sama seperti 3 bulan silam

 

Batu dan rumput ilalang

Membawa sengsara masa depan

Tinggal impian melayang

Semua ini

Gara-gara kurang perhatian

 

Batu dan rumput ilalang

Membentuk jiwa, akal, bahkan segala nafsu

Berkecamuk sepanjang waktu mengalir deras tiada batas

 

Di tempat inilah segala resah meledak tiada tara

Dari batu menjadi kenangan sejuta

Dari ilalang menjadi air mata

 

Maka izinkan aku menyapa

Di tengah gulita

Dari kota dengan seribu nada

Sampai waktu tak kunjung jua

 

 

Sukorejo, 26 Oktober 2016

Ahmad Nur Muzayyin

 

 SHOLAT MAGHRIB

 

Berdiri menghadap kiblat

Rukuk tuma’ninah

I’tidal tuma’ninah

Sujud

Duduk diantara dua sujud

Duduk tasyahud awal

Duduk tasyahud akhir

Kemudian salam

 

Mengalun indah

Segenap cinta

Seutuh seluruh kasih

 

Bila lautan itu mencatat riwayat

Lebih berat doa atau dosa

Luka atau bahagia

 

Tuhanku

Aku bertanya !

 

 

Sukorejo, 02 Nopember 2016

Ahmad Nur Muzayyin

 

SANG PERINDU

 

Allah, aku menangis

Melihat jiwa terpuruk pada sebuah tanya

Tak terjawab

Surga atau neraka ?

 

Allah, rinduku berjamur

Bisaku hanya menatap ciptaan dari sang Pencipta

Kamar yang gundah

Angin merintih resah

Langit murung

Tanah berdesah-desah

 

Allah, sayup-sayup kudendangkan syair rindu

Di selang tembang ilalang nyeri

 

Allah, alam terus menangis

Dan hidup kian menipis

 

 

Sukorejo, 30 Oktober 2016

Ahmad Nur Muzayyin

 

DIALOG BATU DAN ILALANG

 

“semua ini salah siapa?” tanya batu

“ini salahku, dan aku yang harus bertanggung jawab” jawab ilalang

“apa yang kamu lakukan adalah

Luka

            Menganga

                        Parah

 Apakah kata-kata sudah menjadi busa?” teriak batu

“tidak, ini musibah cinta” tangkis ilalang

“lantas, siapakah aku bagimu?

Larilah bersamaku, jika kau istriku” ajak batu

“tidak, meskipun aku istrimu, ibu adalah doa

Namun, jika kau bersih keras, maka larilah, tidak bersamaku, enyahlah”

 

Aku meremas kepala, keras sekali

Kemudian meraba hati, kian meninggi

Kurasa tubuhku tinggal kerangka dibalut sesal

 

Itulah luka

 

 

Sukorejo, 31 Oktober 2016

Ahmad Nur Muzayyin

 

 

MUSIBAH

 

Bersandar pada sepi

Rasaku kian menghitam

Gelap

Telah kulipat hari

Kusimpan ditempat sunyi

 

Kemana kucari bahagia

Jika bukan kepada luka

 

Ini hari kemana pergi ?

Mimpi juga matahari

 

 

Sukorejo, 31 Oktober 2016

Ahmad Nur Muzayyin

 

 DISINI, DI RUANG SUNYI

 

Aku terperangkap

Dalam adegan kata

 

Disini

Di ruang sunyi

 

 

Sukorejo, 02 Nopember 2016

Ahmad Nur Muzayyin

 

TARIAN KEHIDUPAN

 

Menarilah

            Menarilah

Bersama daun-daun

Hijau dan kuning

 

Menarilah dalam luka

Menarilah dalam cinta

 

Dan engkau bahagia

 

 

Sukorejo, 31 Oktober 2016

Ahmad Nur Muzayyin

 

AWAL NOPEMBER

 

Barangkali kita harus berlari

Ke selatan

            Ke utara

                        Ke barat

                                    Dan ketimur

 

Barang kali kita harus mengkaji

Pada rumput

Jika hendak tau makna luka

 

Barangkali kita harus mencari

Makna dari puisi

Jika hendak mengerti arti nurani

 

Itu untuk hari ini !

 

 

Sukorejo, 03 Nopember 2016

Ahmad Nur Muzayyin

 

Hujan

Hujan hanya menampakkan wajahnya sore ini....
Ia tidk mau menyapa bumi yg lagi gerah.....
ia datang dan menghilang

Mati

Jika aku pulang
Bawakan belati, bunuhlah sayang

Sura gaduh pun mulai terdengar
Diselatan teriak A
Diutara teriak B
Ditimur teriak C
Dibarat teriak D
Dimana-mana berteriak

Ada apa?

GERIMIS AIR MATA

gerimis air mata mengundang

dalam sunyi

berselimut mimpi

berharap Tuhan memberkati

gerimis air mata mengundang sejumlah resah

dalam gelap

berselimut mayat

berharap menjadi alas tidurku

gerimis air mata mengundang

menata mimpiku semalam

Komentar

Tulis komentar baru

Materi isian ini bersifat rahasia dan tidak ditampilkan ke publik.


Terpopuler Hari Ini

Sebulan Terakhir

Terpopuler