Skip to Content

HUJAN DI MALAM KAMIS

Foto fatwa rizqi marbun

Derai hujan di tanah lapang bersahut sahutan mengurung rumput

Beramai ramai mengarak malam ketiang bendera yang diam berdiri

Cat putih tiang bendera membuka sepasang mata yang mengantuk

Mengajak dengarkan kisah lapangan ini yang telah di seret air hujan

Seratus tahun silam beserta para pendiri kampung ini yang hanyut

Ketika peluru lepas sarang menggali badan kurus kering terbitkan mata air

Bentuk gelombang menggunung benamkan sedikit orang belanda

Seruling bambu menyeru membangunkan ibu ibu berbadan berisi dan anak anak yang bertelanjang di ujung bencana perut segera berlindung kedalam hujan

Peniup seruling telah terguling dikejutkan puisi meriam yang merdu merayu

Sampai mengalahkan gemuru hujan yang semakin besar batangnya membalut

Segerobolan tadi, berapat rapat mereka bangun istana berpayung palu hujan

Seketika mereka kehilangan suara hujan menampak seorang anak ibunya berduet dengan emasnya suara meriam nyanyikan lagu tentang cinta sambil membangun

Gedung asmara bercat merah dan hitam berlantai ibu ibu berisi dan anak anak bertelanjang yang telah sembuh dari bencana perutnya

Seorang anak bertelanjang rupanya masih dan bertambah runcing bencana perutnya berenang di air mata tergenang coba suruh diam meriam

Dengan perahu tulang kawannya berdayung air mata segera menelan meriam

Di tengah jalan air matanya habis diganti mata air yang memancar dari kepalanya

Perlahan tetap berdayung sampai juga di telapak kaki pemain meriam dan berkata mudah mudahan kau mati sebelum aku mati dan semoga aku menang

Walau aku telah sembuh dari bencana perutku ini dan takkan sakit lagi

Dengarkan aku wahai pecundang air mataku ini kan bercerita pada saudaraku

Isinyalah mengahiri meriammu, tar, suara anak itu hilang

Derai hujan terus berkecamuk bertanding dengan meriam menebangi pohon pohon dan memperbanyak mata air yang terus menerus meleleh dari rombongan rakyat yang datang menyapu air hujan menggambar rupa kenangan

Tak terasa ada yang mengalir dari pipiku dan aku menyadarinya lantas ku tutup tingkap sekolah yang di elus perlahan angin malam dikawani nyanyian katak  

Ku rebahkan tubuhku dikursi peninggalan mereka sambil memegang rupa sunyi


Ladang tengah 4 nopember 2013

Komentar

Tulis komentar baru

Materi isian ini bersifat rahasia dan tidak ditampilkan ke publik.


Terpopuler Hari Ini

Sebulan Terakhir

Terpopuler