Tak disaksikan ramai kota
Ilalang kotor ini dipinggir sungai Jakarta
Yang setiap malam terkadang disiram kekotoran
Jadilah sebuah palung muara yang dibuai kerasnya air kotor
Itulah aku yang terbelenggu pikiran fana
Mengungkit cobaan dunia yang tak kunjung membaik
Mencari kebenaran yang disimpan terselubung
Dan terlalu banyak berpikir
Hingga kukira dunia bukan disini
Diri ini bukanlah aku
Jika gemericik hujan gelap bertebaran diterang siang
Alirkan suasana nada sendu bebas membentang
Lumuri ilalang kotor ini dengan air-air kekotoran
Aku mau semuanya digenggaman
Selalu ada, rapi, dan cantik
Tapi bukti-bukti nyata sesak menghampiri
Karena belum temukan kabar baik yang kumau
Serta alirkan lagi buaian air-air itu
A, B, C, dan pasti akan D
Adegan budayaku sudah terlalu kotor
Temukan ilalang ini berdiri dikebun duri mawar tak bertepi
Semakin lama semakin sakit oleh dosa
Kalimat apa yang bisa menghapus dosa-dosaku
Iba melihat hati besar yang sudah menjadi terlalu kecil
Aku mau berhenti lanjutkan aliran air itu
Yang kotor kini selalu membayangkan yang bersih
Taburi dunia dengan ketenangan yang menyejukan
Tangguh lindungi ilalang ini oleh tusukan duri mawar
Dan diri ini adalah aku
Yang selalu bersih
100513
Komentar
Jakarta
terkadang harus menyadari kekotoran itu menyimpan makna .
Like it
jangan biarkan kekotoran
jangan biarkan kekotoran mengerak dalam hati.
trims..
Pergolakan batin.....
Menyimak puisi ini dari bait awal hingga akhir...terasa kental nuansa pergolakan batin didalamnya, dalam logika berfikir "tasawuf": yang merasa dirinya "kotor" atau banyak dosa jauh lebih baik (bersih) ketimbang mereka yang merasa dirinya bersih atau selalu bersih! Like it.
Beni Guntarman
Tulis komentar baru