Dalam malam-malam biasa kau hadir di langit-langit kamarku yang bocor
tersenyum sendirian dengan keterpaksaan.
Saat angin malam merangsek qalbu aku bertanya
-siapakah gerangan?-
dari lantai kamarku yang berdebu
dari jendela keruh yang keropos
dari sorot lampu tidur yang menari
dari ranjang yang belum sempat aku buat goyang
kau hadir menadahkan tangan dengan kaki yang buntung sambil kelaparan
meminta cinta padaku
-mengapa gerangan?- tanyaku
sedang kau merangkak pergi
"ah sendiri lagi" ucap jam dinding tua yang sudah renta
detak detiknya berjalan lambat, angka-angkanya pun tak semangat. tetapi malam berangsur tanpa terasa
dalam malam-malam biasa aku sendiri ditemani sepi
ketambah tangismu yang membentur hati aku simpan baik-baik di atas kasur butut
"selimuti, jaga dia!" teriak lemari reyot yang menampung baju-baju bekas
ah di kamar ini aku sendirian
tanpa teman membayang selalu wajahmu yang hina
dalam gelap, pekat dan sepinya malam-malam biasa
ingin aku lukis wajahmu dengan kata-kata sebelum habis umurku
oh, kali ini aku ingin jadi penyair untukmu!
Komentar
Tulis komentar baru