Skip to Content

Itukah?

Foto @MucetMutma

Bel istirahat berbunyi berbaur teriakan senang para siswa.

Termasuk aku, seorang anak pejabat tertinggi di era ini.

Menuju kantin. Berjalan. Berlenggak-lenggok.

Hingga pada ujung pojok kanan.

Oooh, pekikku.

Bajuku!, oooh bajuku!!. Tidak!!! . apa yang terjadi?

 

Kembali ke lima detik yang lalu.

Sebuah soft drink mendarat ke bajuku

Baju mahal yang kini ternoda tak akan terganti dengan kata maaf.

 

“ Dasar gadis sialan!, punya mata nggak, sih?” tanyaku marah, walau ku tahu dia punya mata.

Gadis tompelan dan cupu itu gugup seketika.

Hening sejenak. Tak bernada.

“ Maaf...” ucap gadis itu terbata-bata.

“ Kamu kira ini baju apaan, mahal tau!! Pokoknya, eehhh” aku mendengus kesal.

Saking kesalnya tak tau apa yang akan aku ucap.

 

Hari demi hari berganti.

Ditemani dengan fasilitas yang serba canggih.

Canggih. Ya, canggih sekali.

Seolah-olah merekalah kawanku.

 

Di suatu pagi...

Terdengar mikrofon membahana di gedung sekolah.

“ Sekolah akan melaksanakan pentas seni."

“ dan diharap dapat memperlihatkan kekompakan kelompoknya”  lanjutnya kemudian

“ kelompoknya dapat dilihat di Mading sekolah ”

 

Aku segera menuju mading.

Siswa berkerumun tak jadi masalah.

Paling ngerogoh duit, semuanya minggat.

Siswa yang berkerumun pun segera membuka jalan.

 

Woow, aku masuk kelompok menari.

Menari. Yap, menari. Aku senang sekali.

Tanganku lentur. Tubuhku lihai. Apa kurangnya?

Kostum? Tenang, aku orang berduit.

Tapi, siapa teman kelompokku?

Kutelusuri kertas itu dan

HAAAH, nama itu? Seperti pernah mendengarnya

 

Oh, ya gadis tompelan itu bernama Lina.

Siapa sangka dia juga masuk kelompok menari.

 

Waktu latihan kupergunakan dengan sangat baik.

Akan kutunjukkan kepada dunia.

Lenturnya tanganku dan lihainya tubuhku.

 

 Waktu latihan berlalu dengan cepat.

Terasa ada yang berbeda.

Hingga akhirnya pentas seni pun digelar.

 

Kelompokku menampilkan tarian dengan sangat bagus.

Walaupun, masih ada yang lupa gerakannya.

Lina. Tapi, entah mengapa aku tak jengkel.

Dan entah mengapa aku merasakan sesuatu yang pasti.

Angkuh dan sombong mulai terkikis.

Dan gadis itu mulai terlihat baik di depanku.

Sesuatu telah merasukku, mengajarku satu persatu.

Pentas seni itu. Ooh, tidak tari itu tepatnya.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Komentar

Tulis komentar baru

Materi isian ini bersifat rahasia dan tidak ditampilkan ke publik.


Terpopuler Hari Ini

Sebulan Terakhir

Terpopuler