Skip to Content

Jakarta Dalam Sajak

Foto Rasull abidin

Jakarta Dalam Sajak

 

Gemerlap lampu kota

Kian Benderang...

Riuh lalu lalang orang berjalan

Di antara semarak iklan iklan

Yang bergelantungan

Melambungkan keinginan

Dan Menyindir tiang lampu jalan

 

-----

 

Memandang Jakarta raya...

Dengan sebatang sisa rokok

 

Jalannya berkelok

Menembus gang gang gelap

Dikerumuni pelacur pelacur dadakan

Yang semakin tercekik roda kehidupan

Dan para lelaki bermodal biji buaya

Yang mengikuti tren kemajuan jaman

 

Tuan dan nyonya nyonya

Nikmatilah surga surga

Datanglah disini

 

Berbondong bondong mercy mercy

Beriringan bagai tamu kehormatan

Memakan kelok badan jalan

Dan menyenggol gerobak dorong

Hingga terpelanting dan menggerus

Sisa surganya surga

Di bawah riuh temaram lampu jalan

 

Dan di luar sendiri

Berbagai macam persoalan terkendala

Semua di jadikan politik

Bahkan seks pun jadi politik

Hingga kerancuan menggelinding

Ke jalanan yang berkelok

Di bawah remang lampu lampu  Jalan

Membentur tiang pembangunan

Yang terbengkalai

Dan dijadikan pesta menyambut malam

 

---

 

Memandang jakarta raya

Di bawah bayangan lampu lampu jalan

 

Segerombolan anak anak bermain

Sebagiannya tergeletak pulas

Di sudut kaki pertokoan pertokoan

Dan sebagiannya di tepi jalan

Mengenduskan harapan

Pada kaca mobil yang lalu lalang

 

Dan di luar sendiri

Pemerintah telah berkoar

Dengan slogan slogan dan keyakinan

Bahwa mereka di pelihara

Dan telah dipenuhi hak haknya

 

Tapi...,disini adalah kenyataan

Dan di ambil dari kisah nyata

 

Mestinya mereka semua

Para intelek dan para kuli pemerintah

Bangun turunlah ke jalan

menelusuri kelok jalan kota

Mengoreksi kenyataan yang ada

Dan fikirkan yang harus dikerjakan

 

Dan karena mereka dipaksa

Dibelenggu...

Dikerangkeng....

Bertekuk lutut tak berdaya

Pada biaya biaya sekolah

dan kehidupan yang terus mendera

 

Dan disini….

Saudara saudaraku

Para gelandangan berserakan

Mengisi kolong kolong jembatan

Di remang remang lampu minyak

Mengigil kedinginan

Dan berselimut keresahan

Menunggu kepastian nasib

Tentang hari esok yang belum pasti

 

 

Rasull abidin, 24 jan 2013

Jakarta.

Komentar

Tulis komentar baru

Materi isian ini bersifat rahasia dan tidak ditampilkan ke publik.


Terpopuler Hari Ini

Sebulan Terakhir

Terpopuler