Suara-suara parau melantun pilu di gerbang-gerbang Pabrik
Mengeja kasar teriakan meminta sisa bayaran keringat darah
Di jalanan buruh berjuta turun ke jalan, meronta sebuah pengkhianatan
Meratap segala gundah, mengunyah mimpi hampa
Diwaktu-waktu tersisa mereka memetik mimpi-mimpi dari pohon kering kerontang
Kembali merasa sepi di kerumunan yang terbanyak di dunia
Banyak sudah serbuk maut menghampiri, melumuri darah dan tulang
Tiada peduli pada segala gundah dan ranjang bekunya
Desing mesin pabrik kembali melenyapkan rasa lapar
Menghunus keinginan menyulam cerita bekal ke surga
Representasi hanya cuap-cuap membela seperti anjing
Namun begitu dalam menghempas, terus kedalam kesunyian
Perih, menyesakkan sekaligus menjijikkan
Suara-suara mu senantiasa datang, melompat hilang kemudian
Menjenguk malam-malamku laksana Insurgen, pemberontak
Tertawalah dalam dahaga dan sepi, sambil mentari bangkit berbagi cahaya ilahi
Tidurlah dalam dingin stupa-stupa segala bentuk kegundahan
Segera kau memetik mimpi pada sabda ratu adil, soal tafsir Hammurabi yang dilupa negeri.
Komentar
Tulis komentar baru